6 || Eighth Victim

1.5K 244 73
                                    

Tidak ingin mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya, kini Renjun, Jaemin serta Jeno memutuskan untuk patroli malam secara diam-diam di sekolah ini. Karena menurut jadwalnya, pembunuhan ke-delapan di jadwalkan malam ini, yaitu selang satu hari dari pembunuhan sebelumnya.

"Jeno, bergeraklah ke arah lapangan, Renjun lantai dua, dan Jaemin tunggu saja di pintu belakang sekolah," titah Mark melalui wireless ukuran kecil, yang terpasang ditelinga ke-tiganya.

"Cek peralatan kalian sekali lagi, pastikan kalian punya setidaknya satu buah senjata sebagai antisipasi. Berhati-hatilah! jangan lupakan fakta bahwa seseorang yang kita incar adalah pembunuh!"

Jeno, Renjun dan Jaemin tidak berujar sepatah katapun, hanya terus mendengar tanpa berniat menyerukan protes. Setelah menyiapkan segalanya, Renjun mulai mengambil langkah terlebih dahulu, sebelum itu ia berujar, "Aku duluan."

Kemudian ia berderap menuju lantai dua. Disusul oleh Jeno dan Jaemin dengan arah yang berbeda, sesuai instruksi yang tadi Mark kemukakan.






***











"Hai, gadis-gadis manis..."

Tiga orang gadis yang berjalan bersisihan sontak menoleh kebelakang. Kemudian tampaklah seorang pemuda yang tanpa pikir panjang langsung mengedipkan matanya. Tiga orang gadis tersebut terperangah sangking kagumnya akan kemanisan pemuda dihadapan mereka ini.

"Mau minum dengan ku? Aku yang traktir."

Mereka bertiga saling tatap, kemudian salah seorangnya menjawab dengan gugup. "Bo-boleh..."

Setelah itu, si pemuda genit tertawa keras didalam hati, 

Dasar gampangan!

"Ngomong-ngomong, perkenalkan..." pemuda itu menyodorkan tangannya, "Aku, Zhong Chenle."

Tak lupa sekali lagi ia kembali mengedipkan sebelah matanya, sambil tersenyum sok seksi.

Dan inilah fungsi ku didalam tim.





***








Tap tap tap...

Langkah kaki terburu menggema di seluruh koridor. Dia, yang merasa terancam terus berlari mencari pertolongan. Seorang gadis dengan rambut panjang sebahu serta seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya, meski sudah acak-acakan bahkan robek sana-sini. Ia terlihat menyedihkan, tubuhnya terdapat banyak sekali bekas sayatan yang semakin lama semakin kuyup oleh cairan merah pekat tersebut.

Sementara itu, di belakangnya, sesosok pemuda bertopi mengikuti langkah si gadis. Lengkap dengan sebentuk seringai menakutkan juga tangannya yang memutar-mutarkan sebuah pisau yang terlihat berkilat.

"Jangan berlari, itu hanya akan membuang-buang tenagamu..." ujar si pemuda itu.

Si gadis mencoba berpura-pura tidak mendengarnya, ia terus saja berlari, mengabaikan segala rasa sakit yang menderanya. Kakinya seakan mati rasa, ia bahkan hanya mengenakan satu sepatu di sebelah kiri, ia tidak tau dimana sebelahnya lagi tercecer. Masa bodoh! yang ia tau ia harus selamat. Darah merembes menodai seragam putihnya, ia menangis, memikirkan bagaimana jika ibunya memarahinya karena seragamnya yang kotor ini.

"Sudah kubilang jangan berlari. Cukup diam dan biarkan aku membunuhmu."

Grab

Dapat!

DISGUISE [NCT Ver] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang