5. Salah Bam!!

866 138 7
                                    

Pagi masih malu menunjukan sinar mataharinya, begitu juga dengan langit yang sendu menjatuhkan kumpulan air dari genangan awan yang mengepul di atas sana.

Dingin nya udara yang bercampur dengan hawa sejuk menambah syahdu suasana sunyi untuk kembali terlelap di tempat tid--

"BANGSAT NYIPRAT!"

"BASAHIN SEKALIAN NGAB TANGGUNG"

"BASAHIN PALA LO! JAS GUE SIALAN!"

"AWAS AWAS WOY! AJIK DINGIN SINTING!"

"JAUH-JAUH SIA! AING GAK IKUT-IKUTAN!"

"DI BILANG AING GAK IKUT! JANGAN NARIK AING"

Ceklek

"Hehhh berisik banget sik! Masih pagi tau ga-- HEHH ABANG! KENAPA UJAN-UJANAN!"

Rose terbelalak melihat sosok lain kini ada di depan rumahnya, di tambah derasnya hujan yang mengguyur membuat darah Rose rasanya langsung naik ke kepalanya

Rose kalang kabut masuk ke dalam rumah buat ngambil payung sama jas hujan yang semalam di taroh Jihoon di dapur

Di teras di pakai Rose jas hujan plastik yang nutupin kepala sampai mata kakinya, membuka payung, lalu beranjak turun dari teras rumahnnya

Rose berjalan menghampiri Jaehyun dengan payung yang ia kepet di ketiak

Bukan... bukan buat mayungin Jaehyun. Tapi buat narik sosok mungil keponakannya yang udah basah jibruk di gendongan Jaehyun

Yang lain jadi diam di tempat, gak berkutik ngeliat satu pawang macan udah bangun subuh-subuh gini

Jaehyun pasrah waktu Rose mukul tangannya dengan mata yang melotot besar

"SUMPAH! OTAK LO PADA DI MANA? GAK NGERTI GUE BEGO BANGET!!!


~


Lisa mendecak kecil waktu melihat angka yang tertera pada temometer menjunjukan pada angka 38° celcius

"Anak lo demam mbak" gumam Rose ngangkat keponakannya yang kini nangis rewel ke pangkuannya

Lisa mendesah. Dia membuka pintu kamarnya, lalu berkacak pinggang di ambang pintu. Menatap kesal lima laki-laki penyebab anaknya rewel nangis-nangis gak mau makan, dan berakhir demam tinggi malam ini

"Otak kalian dimana sih? Itu anak belom tiga taun udah kalian bawa-bawa masuk ke dalam hujan, mana masih pagi lagi. Dinginnya berlipat-lipat!"

Gak ada yang nyahut. Malah teriakan melengking si anak dari dalam kamar yang makin membuat lima laki-laki itu nunduk sambil mainan tangan sendiri, ngerasa bersalah. Apa lagi bapaknya

Lisa ngelempar badannya di sofa depan kamar, lalu ngehela nafas berat. Gak ngerti sama jalan pikiran cowok-cowok ini.

"Bang, a'a, gue gak pernah komplen ya kalau dulu-dulu yang kalian tarik dari rumah itu Ruto, atau pun gue yang kalian banjur air hujan, gue masih bisa maklum. Tapi ini Shua, anak gue yang bahkan jalan aja belom lancar, makan juga belom nasi. Tapi udah kalian bawa hujan-hujannan. Mikir dong, astaga gue marah banget ini sumpah!"

"Kamu juga!"

Bambam tersentak, dia noleh sekilas ke arah Lisa yang ternyata lagi natap dia. Bukan tajam, tapi sendu. Kan jadi buat Bambam sedih, makin ngerasa bersalah

"Kita baru landing tadi pagi Bam! Shua masih jetlag. Terus bisa-bisanya kamu bawa mandi hujan! Ini anak kamu loh! Masih bayi! Shua baru sembuh seminggu yang lalu gara-gara ke dinginan di kantor Ayah. Anak kita lagi rawan-rawannya sakit. Astaga! Terserah lo deh ya, serah. Urus aja urusan lo, gak ngurus gue!"

Anak Gang II - Beranjak Dewasa || 97LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang