Jeno menyadari, jika sekretarisnya yang baru bekerja dengannya beberapa bulan ini kerap menggodanya.
Tidak.. bukan menggodanya secara terang-terangan seperti sekretaris sebelum-sebelumnya.
Tapi.. justru Jeno merasa jika sekretarisnya itu tengah menggodanya. Atau justru.. dianya yang merasa tergoda?
Entahlah.
Jeno juga tidak mengerti.
Namun ketika Jeno melihat sekretarisnya yang nampak serius dari meja kerjanya, melonggarkan dasi yang dikenakannya, dan keembutannya saat berbicara dengannya.. membuat sesuatu dalam diri Jeno bergejolak.
Padahal itu adalah hal normal, tapi bagi Jeno berbeda.
Seperti saat ini, Jeno yang duduk berhadapan dengan Jaemin, sekretarisnya untuk mengecek laporan. Jeno benar-benar tidak bisa fokus. Ekor matanya sesekali melirik kearah Jaemin.
Sial.
Penampilan Jaemin yang terlihat berantakan, dasinya yang tidak terpasang rapi, rambutnya yang mulai terlihat kusut, wajah lelahnya dan keningnya yang sesekali berkerut ketika membaca berkas-berkas ditangannya.
Pandangan mata Jeno turun kearah bibir ranum Jaemin, sesekali sekretaris manisnya itu menggigit dan menjilat bibir bawahnya sendiri membuat Jeno benar-benar kehilangan fokus.
"Pak?" Panggilan Jaemin barusan membuat Jeno terkesiap. "Ya?"
"Bapak terlihat melamun. Apa bapak sudah lelah?" Tanya Jaemin penuh perhatian.
Sialan. Bahkan suara Jaemin saja membuat darahnya berdesir.
"Ah tidak." Kemudian Jeno melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangannya, yang kini menunjukkan pukul 8 malam.
"Maaf membuatmu ikut lembur." Ucap Jeno.
Jaemin tersenyum manis, "Tidak masalah, pak. Mau saya buatkan kopi?" Tawar Jaemin dan diangguki oleh Jeno.
Seperginya Jaemin, Jeno bangkit kemudian berdiri diepan dinding kaca yang menampilkan pemandangan malam kota Seoul. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana, sedangkan sebelah tangannya ia gunakan untuk melonggarkan dasinya yang seakan mencekik lehernya.
Cukup lama Jeno berdiri disana hingga tidak menyadari Jaemin yang berjalan kearahnya dengan nampan berisi dua gelas kopi dan beberapa makanan ringan.
"Pak?" Panggil Jaemin.
"Ya—"
Prang!
Jeno berbalik dan menyenggol nampan yang dibawa Jaemin hingga terjatuh namun cairan pekat bernama kopi yang cukup panas itu sedikit mengenai kemeja putih Jaemin hingga membuat sekretaris manisnya itu menjerit.
"Aaaah! Panass! Astaga!!" Jaemin berusaha membuka kancing kemejanya dibantu oleh Jeno yang ikut panik karena takut Jaemin terluka.
Dan benar saja, dada putih Jaemin nampak memerah membuat sang empu mendesis perih.
Berbeda dengan Jeno yang kesusahan menelan salivanya. Sorot matanya menggelap begitu melihat kulit mulus Jaemin, kemudian tatapannya beralih pada bibir ranum Jaemin yang berkomat-kamit lucu.
"K-kau baik-baik saja?" Tanya Jeno.
Jaemin mendongak menatap Jeno, "Ah, tidak pak. Saya baik-baik saj—"
Dan Jeno benar-benar kehilangan kewarasannya ketika melihat wajah memerah Jaemin yang nampak menggoda baginya.
Ia segera mempertemukan bibir keduanya. Jaemin terperanjat, namun tidak mengelak ketika Jeno mulai menekan tengkuknya dan menarik pinggangnya mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESPACITO | NOMIN
Fanfiction[re publish] Berisi kumpulan oneshoot nomin 18+ TOLONG LITERASI. ⚠️KONTEN DEWASA⚠️ ⚠️BXB / HOMO / GAY / BOY X BOY⚠️ ⚠️GASUKA? CLOSE BOOK GUA⚠️ ⚠️HOMOPHOBIC? JAUH JAUH LU⚠️ 𝑱𝒂𝒆𝒙𝒎𝒏𝒏𝒂.