They are Mine

20.5K 840 41
                                    

Jeno mendesis kesal saat membuka pintu apartemen Jaemin. Harusnya ia sampai 10 menit yang lalu, tapi karena sekretaris tidak becusnya yang menghambatnya untuk segera tiba di apartemen Jaemin.

Ia segera menuju kamar lelaki manis itu. Jeno mematung ditempat saat mendapati Joan dan Jaemin tengah bercumbu panas diatas ranjang.

Tubuh polos Jaemin terekspos dibawah kungkungan Joan yang sudah menanggalkan kemejanya.

"Main tanpa gua?"

Suara berat Jeno terdengar, menghentikan kegiatan kedua lelaki yang asik bergumul diatas ranjang.

Jaemin mencibir, "lo lama."

"I'm sorry." Jeno berjalan mendekat, melempar tasnya dan mulai melepas tautan kancing kemejanya dengan satu tangan.

So sexy.

Jaemin mengerling nakal, mengigit bibir bawahnya menggoda kearah Jeno yang mulai menaiki ranjang.

Joan kembali mencumbu bibir Jaemin yang sudah membengkak, sedangkan Jeno hanya berbaring disebelah Jaemin dengan tangan yang mulai nakal, menari diatas permukaan kulit halus Jaemin.

Joan yang awalnya berada diatas tubuh Jaemin pun menyingkir, namun tetap membungkam bibir Jaemin dengan bibirnya, sebelah tangannya memainkan puting Jaemin yang menegang.

"Ahnggg~" Dada Jaemin membusung, merasakan sengatan-sengatan nikmat yang menjalar disekujur tubuhnya.

Tidak berhenti disitu, jemari nakal Jeno mulai bekerja disekitar lubangnya. Menggodanya sebentar, sebelum akhirnya jari panjang itu menelusup masuk ke dalam lubangnya.

"Akhh!" Tautan bibir Jaemin dan Joan terlepas, kini Jeno yang mengambil alih, sedangkan Joan memilih untuk menenggelamkan wajahnya diceruk leher Jaemin. Menjilatnya dan menghisapnya hingga meninggalkan bekas.

"Lo suka, Na?" Joan berbisik, semakin menambah percikan gairah yang semakin membakar nafsu Jaemin.

"Nghhh ahhhh..." Jaemin hanya melenguh disela ciumannya dengan Jeno saat kenikmatan menghantamnya bertubi-tubi. Tusukan jari Jeno didalam lubangnya semakin brutal kala lelaki dengan surai pirang itu menambah jumlah jarinya dan mengeluar masukkan jari panjang itu dengan cepat, menusuk tepat di titik kenikmatannya.

"Cepetthh m-masukinn guahh ahh shhh.." Tubuh Jaemin menggeliat.

"Gak sabaran, hm?" Jeno menyeringai lalu melirik kearah adiknya, "Mau lo dulu apa gua dulu, Jo?"

Joan tampak berpikir sejenak, "gua dulu." Jeno mengangguk, lantas sepasang lelaki kembar identik itu menanggalkan celana mereka.

"Lo siap, Na?" Tanya Joan. Lelaki bersurai biru itu menarik kedua kaki Jaemin agar semakin mendekat kearahnya, sedangkan Jaemin dengan senang hati mengangkang lebar dihadapan Joan.

"Oke, gua mulai."

"Akhh!!" Jaemin kembali memekik saat kejantanan besar Joan berusaha masuk ke dalam lubangnya. Dengan sigap Jeno menunduk, membungkam bibir Jaemin dan memainkan puting lelaki manis itu sebagai pengalihan rasa sakit.

Dalam sekali hentak, Kejantanan Joan sudah berhasil terbenam sempurna didalam lubang sempit itu. "Ughh, lo sempit banget, Na." Desis Joan. Pandangannya semakin berkabut saat lubang Jaemin begitu memanjakannya.

Joan menggerakkan pinggulnya keluar masuk dengan perlahan. Desahan halus Jaemin mengalun mengisi sunyinya kamar luas itu.

"Nghhh Jenhhh siniihhh.." Jaemin menarik Jeno mendekat, ia menghadap ke samping, meraup kejantanan Jeno dengan bibir seksinya.

"Shit! Na Jaemin." Jeno mendesis ketika Jaemin mengulum miliknya dengan begitu lihai. Kepalanya mendongak, rahangnya terkatup rapat karena permainan lidah Jaemin disela kulumannya.

DESPACITO | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang