"J-Jeno?" Jaemin bergerak mundur ketika Jeno memasuki kamarnya dengan raut datar yang menyeramkan, "A-ada apa? Kau lapar?" Tanyanya.
Jeno tidak menjawab, namun lelaki itu terus mengikis jarak keduanya. Melangkah dengan perlahan mendekati Jaemin yang melangkah mundur. Hingga ketika punggungnya membentur dinding, tidak ada yang bisa ia lakukan lagi kecuali berdiam pasrah menanti apa yang akan dilakukan Jeno padanya.
Jeno berhenti selangkah didepannya, obsidian kelamnya menatap dirinya rumit. Kesal, marah, dan.. nafsu bercampur menjadi satu. Agaknya Jaemin sedikit paham alasan Jeno seperti ini.
"Kenapa pakaianmu seperti itu tadi, hm?" Suara rendahnya menyapa pendengaran Jaemin. "Staff yang menyuruhku memakainya." Jawabnya terbata.
Jeno maju selangkah, tubuh keduanya saling berdekatan, tersisa hanya beberapa centi sampai bibir keduanya bertemu. Bahkan hela nafas Jeno menerpa lembut wajahnya.
Jeno mendekatkan wajahnya, menghirup aroma memabukkan yang menguar dari tubuh kekasih manisnya, "Kau tau? Aku merasa kesal." Sebuah kecupan basah mendarat di perpotongan leher Jaemin, membuat sang empu menggeliat geli, "Melihat tubuhmu terekspos membuatku marah."
Jaemin menahan nafasnya ketika telapak tangan kasar itu menyapa permukaan kulitnya. Mengusap perutnya, kemudian merayap hingga pinggang dan meremas pinggangnya pelan, "Aku tidak ingin milikku diumbar seperti ini."
"T-tapi mau bagaimana lagi, staff yang menyuruhku." Jeno mendengus, "Persetan dengan staff sialan yang membuatmu memakai pakaian seperti itu."
Dan selanjutnya, bibir Jeno bertemu dengan miliknya. Melumat bibir atas dan bawahnya bergantian. Memberikan gigitan kecil dan menghisapnya pelan. Menciumnya dengan rakus.
Nafas keduanya memburu, seiring nafsu keduanya yang terpancing hingga meluap ke permukaan. Cumbuan Jeno begitu memabukkan.
Lelaki itu marah sekarang, namun tetap memperlakukannya dengan penuh kelembutan. Lengan Jaemin tergerak, mengalung di leher Jeno, memberikan remasan kecil ditiap helai surai biru itu ketika lidah panasnya membelit lidah miliknya. Saling bertukar saliva didalam sana.
"Nghhhh.." Lenguhan Jaemin terdengar. Lengan kokoh Jeno melingkar di pinggang ramping Jaemin. Mengangkat tubuh kekasihnya itu kemudian dilemparnya diatas ranjang.
Pandangannya semakin berkabut, tangan besarnya dengan cekatan melucuti pakaian Jaemin hingga tubuh dengan kulit seputih susu dan semulus kulit bayi itu terpampang didepannya. Jeno meneguk ludahnya kasar, Jaemin terlalu sexy baginya. Dan pemandangan ini hanya untuk dirinya. Bukan orang lain.
Jeno mencintai fans mereka. Tapi bukan berarti ia tidak membenci para fans yang selalu menjadikan kekasihnya sebagai obyek fantasi seksual mereka. Memikirkannya saja membuat Jeno naik darah. Apa yang ada pada diri Jaemin adalah miliknya.
"Jeno.. jangan melihatku seperti itu." Rengeknya. Jeno semakin diuji saat wajah merona itu menatapnya sayu dengan bibir tipisnya yang bergerak kecil mengeluarkan rengekan manjanya.
"Aku hanya mengagumi tubuhmu." Jeno merendahkan tubuhnya, "Begitu indah." Bisiknya seduktif. Tangannya bergerilya disetiap inchi kulitnya. Mengusap paha dalamnya sensual.
"Jen.. bagaimana dengan yang lainnhh nghh.."
"Aku sudah menyuruh mereka menggunakan headset semalaman ini. Jadi kau bisa mendesah sepuasmu."
Jeno menciumi tiap jengkal tubuh Jaemin. Menghisap dan menggigit kulit putih itu dan meninggalkan ruam kemerahan disana. Meninggalkan bekas disetiap jejak ciumannya. Mulai dari leher, dada, perut hingga paha lelaki itu.
"Jen.. bagaimana jika staff melihat bekas ini? Ahngg.."
"Biar saja. Agar mereka tau untuk tidak sembarangan mengumbar aset seseorang." Jaemin terkekeh disela desahannya. Jeno sangat posesif, tapi ia menyukainya.
![](https://img.wattpad.com/cover/269462761-288-k605544.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DESPACITO | NOMIN
Fanfiction[re publish] Berisi kumpulan oneshoot nomin 18+ TOLONG LITERASI. ⚠️KONTEN DEWASA⚠️ ⚠️BXB / HOMO / GAY / BOY X BOY⚠️ ⚠️GASUKA? CLOSE BOOK GUA⚠️ ⚠️HOMOPHOBIC? JAUH JAUH LU⚠️ 𝑱𝒂𝒆𝒙𝒎𝒏𝒏𝒂.