Study

41.6K 1.4K 130
                                    

Helaan nafas kembali terdengar, Jaemin mencibir melihat Jeno yang begitu fokus dengan kembar essay dihadapannya. Dirinya saja sudah mulai muak dengan tugas yang tak kunjung selesai ini.

Tuk tuk tuk tuk

Jaemin mengetukkan ujung penanya diatas meja, berusaha mengambil perhatian dari kekasihnya itu. Namun Jeno hanya menggenggam tangannya, membuatnya berheni mengetukkan ujung penanya di atas meja.

"Jenooooo! Aku bosannn!!" Keluh Jaemin, kedua matanya menatap Jeno layaknya anjing kecil yang memohon pada majikannya. "Selesaikan dulu pekerjaanmu, Na Jaemin."

Jaemin meniup poninya kesal saat Jeno kembali berkutat dengan tugasnya.

Ayolah, Jaemin berharap ini akan menjadi sesi belajar yang sexy dengan belajar bersama disertai beberapa ciuman lembut untuk penyemangat lalu setelahnya mereka akan berakhir diatas sofa ruang tamu Jeno dan saling mencumbu dengan panas.

Jaemin tidak tahan. Ia memutar tubuhnya menghadap kearah Jeno lantas menjatuhkan kepalanya diatas lengan Jeno. Jaemin mengusak wajahnya disana dengan manja, kemudian tatapan mereka bertemu.

Jeno sempat menahan nafasnya melihat wajah Jaemin yang begitu dekat dengannya. Jangan lupakan tatapan yang dilayangkan Jaemin padanya. "Jaemin, hentikan."

Jaemin menggelengkan kepalanya, "Tidak mau."

Jeno menghela nafas, "Kau mau apa, hm?"

"Kau."

Jaemin menjauhkan wajahnya dan menyingkirkan lengan Jeno yang berada diatas meja lantas segera duduk dipangkuan Jeno yang duduk bersila diatas lantai. Jeno terkesiap saat Jaemin duduk dipangkuannya dan memeluk lehernya, kekasih manisnya itu menyandarkan kepalanya dibahu tegapnya.

Jeno merasa sekujur tubuhnya memanas seketika saat helaan panas nafas Jaemin menyapu kulit lehernya. Tangannya yang memeluk pinggang Jaemin agar tidak jatuh itupun mulai bergetar.

Sial, Jaemin benar-benar menguji kesabarannya.

Tanpa sadar tagannya mencengkeram pinggang ramping itu, menimbulkan erangan kecil dari bibir tipis si manis. Rahang Jeno mengeras, menahan gejolak nafsu yang bisa meledak kapan saja saat Jaemin dengan sengaja bergerak gusar diatas pangkuannya dan membuat milik keduanya saling bergesekkan dibalik celana masing-masing.

"Apa maumu, Na?"

Jaemin berdecak. Bukankah Jeno baru saja melontarkan pertanyaan itu beberapa menit yang lalu?

"Kau. Aku mau dirimu Jenooooo." Manjanya. Lengannya semakin erat memeluk leher sang dominan. Tubuh keduanya menempel sempurna, tidak menyisakan jarak se centi pun.

"Katakan lebih jelas." Jeno menahan nafasnya saat bibir Jaemin bergerak nakal mengecupi lehernya, lalu bergerak naik ke rahangnya hingga bibir tipis itu mendarat sempurna dibibirnya. Mendaratkan kecupan-kecupan kecil kemudian melumatnya pelan.

Jeno tersenyum disela ciuman Jaemin. Tangan besarnya bergerak seduktif dari pinggang, merambat naik ke punggung dan menekan tengkuk si manis untuk memperdalam pagutan keduanya.

Ciuman itu semakin menuntut. Bunyi kecipak mulai terdengar dari kedua bibir dan lidah yang saling beradu. Jaemin memberikan reaksi dengan meremat surai coklat kekasihnya saat Jeno menghisap bibirnya kuat.

"Nghhh Jennhh.." Lenguhan Jaemin mulai terdengar saat bibir panas Jeno menyapu lehernya. Matanya terpejam erat kala lidah sang dominan membelai kulit lehernya dengan seduktif.

Jeno kembali mencumbu bibir tipis yang sudah membengkak itu. Lalu Jaemin kembali mengeratkan pelukannya dileher Jeno saat lelaki itu bangkit dan mengangkat tubuhnya sebelum akhirnya membaringkannya diatas sofa sempit ruang tamu.

DESPACITO | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang