Jaemin mendengus kesal ketika mereka harus terjebak ditengah hujan lebat dan mereka sekarang tengah berada dijalanan yang sepi dan sama sekali tidak ada bangunan satupun terlihat.
"Gara-gara lo nih, kita kejebak hujan." Sungut Jaemin sebelum menyenderkan kepalanya dikaca mobil dengan wajah merengut sempurna.
Lelaki disebelahnya menoleh tidak terima, "Apa? Salah gue? Bukannya lo yang nyuruh gue buat lewat sini?"
Jaemin berdecak, "Ya siapa tau kita bakal kejebak ujan kek gini."
"Makanya diem."
Jaemin mencibir. Matanya mengamati tetesan air hujan yang mengalir dibalik kaca mobil Jeno. Awalnya Jeno sudah menyarankan akan tetap menyetir. Namun Jaemin menolak keras dengan alasan mereka bisa kecelakaan jika terus memaksa menerobos hujan lebat ini.
Dan disinilah mereka, sibuk dalam pikiran masing-masing didalam mobil mewah milik Jeno.
"Jen, dingin.." Jeno yang tengah sibuk berbalas pesan dengan kekasihnya pun terperanjat ketika mendengar suara rengekan sahabatnya.
"Terus?"
"Peluk lah goblok. Gak peka banget lo." Jeno hanya menatap datar sahabatnya itu. Namun kemudian ia melepas seatbeltnya dan segera berpindah ke jok belakang.
Jaemin yang melihatnya hanya menatap dirinya dengan tatapan bertanya. "Kalo mau peluk ya sini bego. Malah plonga plongo." Ketus Jeno.
Lalu Jaemin menurut dan berpindah ke jok belakang. Nampaknya penghangat mobilnya tidak mampu menghangatkan tubuh mereka berdua.
"Masih dingin?" Jaemin mengangguk kecil didalam rengkuhan hangat Jeno. Kemudian lelaki tampan itu semakin mengeratkan pelukannya kepada Jaemin.
Tubuh mereka merapat satu sama lain, membuat jantung keduanya berdegup lebih cepat. Padahal mereka sudah terbiasa saling berpelukan seperti ini. Toh, mereka sudah bersahabat sejak kecil.
Jaemin si lelaki paling cuek dan Jeno si playboy paling digandrungi disekolah mereka.
Namun pelukan Jeno nampaknya tidak mampu menghalau hawa dingin yang menusuk kulitnya.
Jaemin mendongak, menatap Jeno dengan mata berair dan wajahnya yang memerah.
Nafas Jeno tercekat ketika Jaemin menatapnya dari bawah dengan tatapan sayu, dan bibir pucat yang sedikit terbuka. Pipi dan pucuk hidungnya memerah akibat kedinginan membuat Jeno ingin menggigitnya karena gemas.
"Jen, dingin.." Dan ketika bibir tipis itu mengerucut lucu, Jeno sudah kehilangan kesadarannya, ia menyambar bibir tipis Jaemin. Hanya menempel, sebelum akhirnya Jeno sadar akan apa yang diperbuatnya, lantas segera menarik wajahnya menjauh.
Namun dirinya dibuat terkejut ketika Jaemin tiba-tiba menarik tengkuknya dan menyatukan bibir keduanya kembali. Disertai lumatan-lumatan kecilnyang terkesan polos membuat Jeno gemas dan berakhir mengambil alih permainan.
Jeno menghisap bibir atas dan bawah Jaemin bergantian, menggigitnya perlahan dan berusaha menelusupkan lidahnya masuk ke dalam rongga mulut Jaemin.
Jeno benar-benar kehilangan akal ketika Jaemin dengan senang hati mempersilahkan lidahnya masuk, mengajak lidah Jaemin bertarung didalam sana, mengabsen deretan gigi Jaemin.
Entah sejak kapan kini Jaemin berada diatas pangkuan Jeno. Tangannya sibuk mengacak surai pirang milik sahabatnya. Tubuhnya bergerak resah membuat kejantanan mereka bergesekan dari balik celana masing-masing.
Jaemin melenguh ketika ciuman Jeno turun ke lehernya, menyesap aroma yang menguar dari ceruk leher Jaemin yang entah kenapa sangat memabukkan bagi Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESPACITO | NOMIN
Fiksi Penggemar[re publish] Berisi kumpulan oneshoot nomin 18+ TOLONG LITERASI. ⚠️KONTEN DEWASA⚠️ ⚠️BXB / HOMO / GAY / BOY X BOY⚠️ ⚠️GASUKA? CLOSE BOOK GUA⚠️ ⚠️HOMOPHOBIC? JAUH JAUH LU⚠️ 𝑱𝒂𝒆𝒙𝒎𝒏𝒏𝒂.