delapan

89 4 3
                                    

Dari kejauhan, Nawang dan Raynar melihat tiga sosok makhluk lari meluncur mendekat. Langkahnya kencang. Cahaya bulan memperlihatkan sosok mereka makin jelas menggunakan kain putih kotor compang-camping .

"Apa itu?"

"Pajjang. Mayat hidup. Ayo lari!" Nawang menarik Raynar.

Mereka lari kencang sepanjang jalan setapak.

Nawang berlari melewati medan jalan yang terjal. Ia meloncat-loncat di antara batu-batu besar agar kokoh pijakannya. Beberapa kali Nawang meloncat sambil berkelit di antara dahan dan batang pohon rubuh kemudian salto menuruni jalan yang bertingkat.

Sebagai pemain basket, Raynar cukup mampu mengimbangi kecepatan lari Nawang. Ia berlari dibelakangnya menerobos semak dan dahan hingga beberapa kali ikut melompat melintasi batu-batu besar.

Keduanya berlari sekuat tenaga.

Namun para pajjang berlari sama kencangnya. Mereka mengepung dari sisi kiri dan kanan.

Melihat para pajjang sudah berada pada posisi sejajar. Nawang menarik tangan Raynar dan mendorongnya ke depan. Raynar sempat jatuh terguling-guling tetapi dengan cepat ia bangkit dan berlari lagi.

Salah satu pajjang yang bertubuh kecil mampu mendahului mereka.

Hanya dengan beberapa kali lompatan pajjang itu berhasil memotong dan berada di depan Raynar dan Nawang.

Nawang memasang kuda-kuda. Ia bersiap menyerang.

Bangsa b'dari adalah bangsa pencinta damai. Berbeda dengan bangsa gandarva dimana semua warganya dilatih kemampuan bela diri sehingga kasta pada bangsa ini diukur dari kemampuan bela diri mereka. Sedangkan di kalangan bangsa b'dari hanya sebagian kecil saja dilatih menjadi ksatria dan memiliki kemampuan bela diri mumpuni untuk bertugas sebagai pelindung kerajaan. Nawang adalah salah satunya.

Pajjang itu menyerang Nawang. Ia berusaha mencakar dengan kukunya yang tajam. Nawang terus berkelit menghindar agar tidak terkena cakar. Berkali-kali Nawang melompat mundur sambil balik menyerang. Tetapi pajjang itu terus menyerangnya dengan gerakan kasar secara bertubi-tubi.

Nawang mengubah strategi. Ia salto membalikkan badan dan mendarat di tanah yang lebih tinggi. Pajjang itu ikut melompat.

Saat pajjang masih berada di udara, Nawang berputar menyerang dengan kakinya sekuat tenaga.

Plak!

Satu tendangannya tepat menghajar kepala pajjang. Tengkorak kepalanya terlepas, tubuhnya jatuh tak bergerak.

Tidak sampai satu detik, satu mayat hidup yang lain sudah sampai dan langsung menyerang Raynar. Raynar kaget tidak menyangka akan diserang melangkah mundur dan terjatuh. Nawang langsung maju menerjang melindungi Raynar. Ia menendang dada pajjang hingga terlempar.

Tapi pajjang itu masih bisa bangkit menyerang. Gerakannya walau kasar namun cepat bertubi-tubi. Nawang menangkis berulang kali serangan yang terus menerus ke arahnya. Pajjang itu tidak mengendurkan serangan.

Kali ini Nawang tidak mundur. Ia maju sambil menyepak kaki kanannya menangkis serangan cakar pajjang. Kedua tangannya memegang kepala pajjang kemudian ia meloncat melintasi pajjang sambil kakinya menjepit dan memutar kepala pajjang.

Crak!

Tengkorak kepala mayat hidup itu terlepas dari tubuhnya.

Nawang melempar kepala itu jauh-jauh namun tiba-tiba...

Srett!

Pajjang yang lain mencakar punggungnya.

"Aaah," Nawang menjerit.

Ia mencoba balik menyerang, tetapi tiba-tiba tubuhnya melunglai. Terjatuh ke tanah.

Raynar bergegas mengambil kayu di dekatnya. Dengan sekuat tenaga ia menghantam kepala pajjang yang mencakar Nawang.

Plak!

Kepala itu melayang.

"Ahh," Nawang mencoba bangkit tapi sempoyongan kesakitan.

Raynar menahannya agar tidak terjatuh lagi.

"Cakar mereka beracun," ujar Nawang lemah. Kemudian tak sadarkan diri.

Raynar memeluk Nawang yang terkulai lemah.

Sambil menggendong Nawang, Raynar berlari menuruni jalan sekencang mungkin. Ia khawatir, jangan-jangan ada mayat hidup lain yang akan mengejar mereka.

Dari kejauhan Lara melihat Raynar sedang membopong Nawang. Ia berlari menolong mereka.

"Dia terluka. Terkena cakar pajjang," ujar Raynar.

Lara membantu memasukkan Nawang yang tidak sadarkan diri ke kursi belakang mobil. Raynar memangku kepalanya.

Lara bergegas masuk dalam mobil. Ia mengeluarkan telepon genggam mengetik sesuatu.

Tidak lama berikutnya mobil meluncur ke jalan raya dengan kecepatan tinggi.

***

LARA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LARA

Bidadari KetujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang