Kejadian itu begitu cepat.
Raynar merasa ada seseorang memeluk dan mendorongnya. Seorang wanita tiba-tiba menerjang saat ia tengah berdiri di balkon apartemen. Entah bagaimana dia datang. Padahal Raynar sedang berada di lantai 32. Sudut kanan matanya melihat sosok itu datang bergelantung dari lantai atas dengan gerakan akrobat menghambur ke arahnya. Sementara dari sudut kiri matanya ia melihat seperti bola api. Meluncur cepat ke arahnya.
Kalau saja wanita itu tidak memeluk dan – seperti terbang – membawanya masuk ke dalam kamar, mungkin Raynar sudah terhujam terkena bola api dan jatuh terlempar ke lantai bawah gedung apartemen.
"Apa?!" Raynar berteriak.
Ia bangun berjalan merunduk pelan-pelan mengintip ke pintu balkon. Terlihat tanah pot berhamburan di lantai. Tanaman bunga mawar yang ia tanam gosong seperti habis terbakar.
Raynar berbalik melihat ke dalam apartemen studio miliknya. Ia melihat seorang wanita yang tadi mendorongnya tergeletak tak sadarkan diri. Sepertinya kepalanya membentur lantai.
Siapa dia? Tanya Raynar dalam hati.
Awalnya langkah Raynar ragu mendekat. Namun begitu terlihat darah mengucur di dahi wanita itu, Raynar bergegas mengambil kain dari lemari.
Di dahinya ada luka kecil yang terbuka. Dengan hati-hati Raynar meletakkan kepala wanita itu di bantal sofa sambil mengusap darah di dahi. Perlahan ia menyibak rambut untuk membersihkan darah yang menyebar ke puncak kepala.
Tiba-tiba Raynar terkesiap. Ia meloncat berdiri dan mundur dua langkah menjauh.
"Ada paku di kepalanya!" desis Raynar. Ia teringat legenda jika ada perempuan cantik dengan paku di kepalanya berarti...
Belum selesai Raynar menduga wanita itu terbangun sadar.
***
Satu minggu sebelumnya.
'Sudah mau sampai,' ketik Raynar pada group chat yang berisi lima sahabat semasa kuliah.
'Buruan! Gue sendirian di sini,' balas May.
'Sori banget gue gak bisa ikutan kali ini,' tambah Rio.
'OTW,' sahut Farrel.
Restoran tempat May menunggu berada di lantai enam sebuah mal besar di pusat kota. Dari lantai dasar Raynar memilih menggunakan eskalator daripada lift. Sebagai ilustrator ia senang memperhatikan orang banyak.
Hobinya adalah duduk di kafe sambil memperhatikan orang lalu-lalang. Ia bisa duduk berjam-jam hanya memperhatikan tingkah laku orang yang sama sekali asing. Bagi Raynar kesendirian dalam keterasingan justru membuatnya merasa aman. Kadang diam-diam Raynar menggambar orang yang memiliki perilaku menarik pada sketchbook, buku gambar yang selalu dibawa.
Hobi lainnya adalah bermain basket. Bahkan saat kuliah Raynar sempat terpilih dalam tim inti dan berhasil ikut membawa kampusnya menjuarai turnamen antar universitas se-Jakarta. Ia sempat ditawari untuk bergabung dalam klub profesional tapi ditolaknya. Ia takut tidak ada waktu buat hobi menggambarnya.
Raynar sudah sampai di lantai enam. Resto tempat ia dan temannya janji berkumpul ada di ujung selasar. Raynar, May, Farrel, Andre dan Rio adalah lima sahabat sejak masih kuliah semester satu dulu. Mereka selalu bersama walau sudah berbeda kelas, terus bersama-sama hingga wisuda bersama.
Setelah lulus kuliah mereka menjadi jarang bersama karena masing-masing mulai sibuk dengan pekerjaannya. Kemudian mereka membuat janji untuk berkumpul saling berjumpa makan malam bersama satu bulan sekali. Kegiatan rutin ini sudah mereka lakukan selepas lulus dari kampus empat tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Ketujuh
ActionMengapa di jaman modern sekarang tidak ada lagi cerita tentang peri? Tidak ada bidadari menari di ujung pelangi. Juga tidak ada lagi bayangan monster yang datang di malam hari. Bagaimana jika ternyata pintu dimensi mereka saat ini sedang terkunci? S...