empat puluh

31 5 9
                                    

Perang telah berakhir.

Desa Pasir Besi hancur lebur. Hanya tersisa puing-puing dan reruntuhan yang masih menyisakan api yang belum padam.

Bara dan sisa pasukan Ranggabuana turun bergabung bersama pendekar menolong para penduduk. Samsara dan kantiana mengobati korban-korban yang terluka. May memangku kepala Rio yang belum sadarkan diri.

Farrel duduk terdiam ditemani Tuan Guru yang menenangkannya. Ia tahu telah memenangkan pertempuran tetapi harga itu harus dibayar mahal. Banyak korban berjatuhan.

Di pantai, Raynar dan Nawang berlutut di depan Panglima Blora.

"Tuanku panglima, terima kasih atas pertolongan kerajaan Samudera kepada kami," ujar Raynar.

Blora menggeleng sambil mengarahkan matanya ke tengah laut.

Di kejauhan tengah laut, tampak Paduka Ratu Samudera Kadita berdiri di atas air didampingi para pengawal.

Raynar menghaturkan sembah ke arahnya.

Sang Ratu hanya diam menatap Raynar.

Ia membalikkan badan kemudian datang gelombang besar menjemputnya kembali ke laut.

Tak lama Blora juga membalikkan badannya kembali ke arah laut.

Para prajurit duyunna mengikutinya berjalan ke arah pantai menceburkan tubuh mereka ke arah ombak yang datang dan menghilang dalam kegelapan laut.

Lara menghampiri Nawang. Ia berbicara dengan bahasa isyarat. Nawang tersenyum lebar.

"Apa katanya?" tanya Raynar setelah Lara menghilang di balik ombak.

"Mau tahu saja," jawab Nawang.

Satu persatu prajurit duyunna kembali ke balik ombak meninggalkan pantai yang kembali menjadi sepi. Ombak pun berdebur dengan tenang menghampiri pantai,

Nawang melihat ke arah cahaya yang mulai terang di ufuk timur.

"Apa rencanamu selanjutnya, trespasser?"

Raynar memeluk Nawang dari samping sambil ikut memandang matahari yang akan terbit.

Nawang menyandarkan kepalanya pada bahu Raynar.

"Entahlah. Setidaknya aku merasa aman karena memiliki kamu, bidadari ketujuh."





=selesai=

Bidadari KetujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang