tiga puluh satu

25 3 0
                                    

Sesosok tubuh melayang di dalam laut.

Cairan merah yang menggenang di sekitar tubuhnya mengundang hiu-hiu untuk mendekat. Sekawanan hiu berebutan berenang cepat mendekati mangsa. Jarak mereka semakin dekat, kurang dari sepuluh meter.

Dari kejauhan seorang duyunna berenang dengan kecepatan sangat tinggi. Seperti torpedo yang meluncur dari tabung. Ia mendahului kumpulan hiu tersebut.

Mengetahui ada sosok lain yang mendahului, hiu-hiu itu langsung membubarkan diri. Sepertinya mereka menaruh hormat pada wanita duyunna itu.

"Raynar?" duyunna itu adalah Lara.

Raynar sudah tidak sadarkan diri.

Lara memeluk tubuh Raynar, menariknya berenang sekuat tenaga ke arah laut yang lebih dalam.

Semakin dalam laut semakin gelap. Pemandangan yang samar-samar terlihat hanya karang-karang terjal berukuran raksasa.

Lara terus berenang membawa Raynar ke sela-sela batu karang hingga mencapai hamparan luas padang pasir bawah laut. Tiba-tiba tubuh keduanya seperti menabrak lapisan gelembung raksasa.

Blub!

Dan semua menjadi terang.

Di dasar laut terhampar sebuah kota bawah air yang sangat luas. Gelembung raksasa tersebut merupakan selubung penyamar antar alam.

Kota itu cukup sibuk. Para duyunna berenang kesana kemari. Ada yang bergerombol, ada yang berenang sendiri-sendiri. Ikan-ikan berwarna-warni dengan beragam ukuran tampak berenang dengan tenang di sela-sela kota.

Tumbuhan laut dalam mengeluarkan cahaya tumbuh rimbun di berbagai penjuru membuat suasana kota menjadi terang. Bangunan-bangunan tinggi terbuat dari susunan karang-karang raksasa dengan beragam bentuk dan ukuran.

Di pusat kota tampak sebuah istana megah menjulang tersusun dari paduan sempurna antara karang dan susunan cangkang mutiara yang berkilauan. Lapisan lumut yang melayang-layang di antara karang-karang yang kokoh membuat istana itu tampak berwibawa.

Lara membawa Raynar masuk ke bilik belakang istana tetapi dicegah oleh pengawal istana.

"Dia adalah pelintas batas, aku harus membawanya ke panglima," seru Lara.

Pengawal membuka pintu dan mendampinginya masuk dalam istana.

Panglima Blora datang menemui Lara.

"Ini Raynar. Dia terluka," ujar Lara terengah-engah.

"Bawa dia ke ruang rawat," perintah Blora. Lara dan para pengawal membawa Raynar ke sebuah ruangan besar. Tiga duyunna perawat mendekati Raynar yang terkulai tak sadarkan diri.

Mereka memeriksa kondisi Raynar.

"Lukanya terlalu parah, panglima," kata salah satu dari mereka.

"Coba pulihkan," perintah Blora.

Tubuh mereka mengeluarkan energi dialirkan ke tubuh Raynar. Tetapi Raynar masih terkulai.

"Tidak bisa, Panglima."

"Mari kita bantu."

Blora dan Lara mendekat ikut memberikan energi. Tubuh Raynar bergerak sesaat, kemudian melemah lagi.

"Jantungnya robek. Detaknya sudah hilang," ujar salah duyunna perawat. "Tidak mungkin lagi dipulihkan."

Blora dan Lara saling berpandangan. Cemas. Tak ada lagi yang bisa mereka lakukan.

Tiba-tiba cahaya terang menyelinap masuk.

Ruangan menjadi semakin terang benderang. Ratu Samudera Kandita datang bersama pengawal memasuki ruangan. Blora dan semua yang berada dalam ruangan langsung bersujud memberi hormat ke arahnya.

Sang Ratu menghampiri Raynar.

Ia memandangi Raynar yang terbaring melayang.

Ratu menyentuh dahi Raynar dengan ujung jari.

Tangan Ratu perlahan mengeluarkan cahaya berpendar. Makin lama makin terang. Cahaya itu menyerap ke dalam tubuh Raynar. Dari kepala Raynar cahaya itu tampak mengalir melalui pembuluh darah. Ke arah kaki tangan hingga seluruh tubuhnya menjadi bercahaya. Tubuh Raynar mulai memudar jadi transparan seperti ubur-ubur. Bagian internal tubuhnya terlihat. Aliran cahaya itu bergerak menuju jantung. Perlahan-lahan jantung itu bercahaya.

Terang sekali hingga...

Dug dug! Dug dug!

Jantung Raynar mulai berdegup kembali.

Sang Ratu mengangkat tangannya dari dahi Raynar.

Ia memandang Raynar sekali lagi. Kemudian tanpa mengeluarkan sepatah kata ia berbalik meninggalkan ruangan diikuti oleh bala pengawal.

Tubuh Raynar dari transparan perlahan berubah kembali seperti semula.

Tiga duyunna perawat bangkit dari sujud, membungkus luka Raynar dengan rumput laut hingga dadanya tertutup rapat.

"Bawa dia ke ruang istirahat," ujar Blora.

Lara dan ketiga perawat membawa Raynar ke salah satu ruangan di dalam istana samudera.

***

Bidadari KetujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang