Part 3. Demonic Brother

29.7K 4.6K 686
                                    

"Kak Del, apa Papa akan baik-baik saja?"

Delein melirik ke belakang. "Ayah itu monster. Dia pasti baik-baik saja." Tapi kalau mereka serius berkelahi, aku tidak tahu.

Del mengajak Rene berkeliling taman setelah sarapan tadi. Sekarang laki-laki itu sedang menggendong adiknya di punggung untuk mengantarnya ke kamar. Edvin dan dua pelayan Rene mengikuti mereka di belakang.

Rene memajukan kepala melihat wajah sang kakak. "Memangnya Kak Del kenal hantunya?"

"Ah," Delein tampak enggan membicarakan hantu itu, "pokoknya kalau Bell bertemu laki-laki mirip Ayah tapi bukan Ayah larilah sejauh mungkin."

Kalau laki-laki mirip Papa tapi bukan Papa berarti, "Apa itu kakak pertama?"

Delein menengok ke tiga orang di belakangnya. "Kalian pergi saja."

"Tapi Tuan Muda, tugas saya adalah menjaga Nona kecil."

Rahang Delein mengeras lalu menatap tajam Edvin. "Maksudmu menjaga Bell dari bahaya atau menjaga Bell dariku?"

Perry dan Krista menunduk. Atmosfir tempat itu tiba-tiba memanas. Sir Edvin, semangat!

Edvin adalah mantan pemimpin mafia. Setelah anggotanya dibantai dia mengabdi pada Kaizel dan menjabat sebagai Wakil Panglima pasukan elit. Berbeda dengan tentara elit lain yang juga patuh terhadap para Tuan muda Devinter, Edvin hanya patuh pada satu pemimpin, dan orang itu adalah Kaizel. Meskipun begitu, bukan berarti Edvin tidak mempercayai putra tuannya.

"Tolong antar Nona kecil dengan aman, Tuan muda. Kami akan menunggu di kamar." Setelah membungkuk hormat, Edvin dan dua pelayan Rene berjalan lebih dulu meninggalkan mereka.

Krista menyentuh dua pipinya berbunga-bunga. "Kalau aku mati sekarang, my honey Ridle akan jadi duda muda. Dan aku tidak bisa lagi mengagumi ketampanan tuan-tuan di mansion ini."

Enam bulan yang lalu Krista dan Ridle akhirnya menikah. Keberuntungan tampaknya berpihak pada Ridle, si mantan penerjemah Rene yang akhirnya menjadi pengajar bahasa isyarat tentara Devinter. Sudah jadi kaya raya, dapat istri pula.

Perry berdeham, "Ingatlah bahwa kamu sudah menikah, Krista."

Perry dua tahun lebih tua dari Krista. Ketimbang Krista yang supel dan ceria, Perry cenderung tegas dan dewasa. Dia memupuk banyak wawasan pada nona kecilnya agar dapat tumbuh menjadi sosok perempuan cerdas yang dihormati.

"Aduh, aku juga tahu. Senior kaku sekali, deh. Sekali-kali Senior harus menikmati ketampanan Tuan Direktur dan tuan-tuan muda selagi Senior belum menikah!" seru Krista antusias. Pelayan Rene yang satu ini memang mengidolakan Kaizel dan putra-putranya karena mereka tampan.

"Aku tidak punya waktu untuk mengagumi orang tampan, Krista." Tatapan membara Perry beralih ke satu-satunya pria di tempat itu. "Aku terlalu sibuk mengurusi KECOAK YANG TIDAK PEKA!"

Edvin yang bercucuran keringat dingin hanya membuang muka.

♦♦♦

"Bell, kamu percaya padaku, kan?"

Rene bingung mengapa Delein menanyakan itu. Tentu saja dia percaya. "Iya."

"Kalau percaya, lakukan saja kataku. Larilah kalau kamu bertemu orang yang mirip Ayah!" Delein masih menggendong adiknya dan membawanya ke suatu tempat.

"Dia nakal, ya?"

"Ya, dia itu kejam! Kalau ada kesempatan, dia akan membuatmu menangis setiap hari, menguncimu dalam lemari, merusak barang-barang kesayanganmu, menenggelamkanmu ke air, menggantung kerah belakangmu ke tiang, dan masih banyak hal menakutkan lainnya!" ungkap Delein berapi-api. Tampaknya dia menceritakan kisahnya sendiri.

The Great Sentinel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang