Part 15. Return Of The Ruler

4.3K 559 10
                                    

Situasi mansion menjadi gaduh. Kasus pembunuhan Reniet langsung menyebar cepat di kalangan pekerja Devinter.

"Kamu sudah dengar? Katanya Reniet dibunuh setelah mengantarkan obat flu ke kamar Nona Rene." Beberapa pelayan sedang membersihkan lorong depan kamar tamu. Tapi mereka pun tidak peduli Renebell yang menempati kamar itu bisa mendengarnya.

"Tapi siapa yang membunuhnya? Apa Tuan Muda Demian atau Tuan Muda Delein? Iblis kecil itu kan menghasut mereka supaya ada dipihaknya. Ku rasa kalau Jef tidak mungkin membunuh. Kamu juga lihat sendiri, kan, waktu dia duel dengan Sir Erka?"

"Ya. Dia berhasil melukai Sir Erka cuma karena kebetulan. Apa jangan-jangan Reniet dikutuk, ya? Nona kecil kan juga punya darah Devinter. Ku dengar ada yang punya kekuatan untuk mengutuk di keluarga ini. Siapa tau dia orang itu."

Rene berhenti mengintip dan menutup pintu kamar lagi. Sejak pagi dia tidak mau keluar kamar karena sikap para pelayan membuatnya tidak nyaman. Mereka secara terang-terangan menggunjing dan menatapnya sinis seolah Rene hanyalah pengganggu yang membuat mereka kerepotan.

"Jadi selama ini Perry dan Krista melayani makhluk rendahan itu?"

"Makanya aku juga curiga. Jangan-jangan Perry yang sekarang melayani Nona Jelsiana merencanakan hal buruk untuk Nona kita."

"Nona Jelsiana yang malang. Dia tidak berhenti muntah-muntah. Kalau aku jadi Nona Jelsiana, aku akan mengadu dan meminta Tuan Direktur mengusir si Nona kec-,"

"Sshhh, Elian! Tuan Muda Delein datang!" bisik salah satu pelayan agar mereka semua diam.

Del berjalan angkuh hendak menemui Renebell dengan tangan masuk ke saku celana. Dia sengaja mengotori sepatunya dengan lumpur agar terbentuk jejak kaki di karpet yang sudah dibersihkan oleh Elian dan kawan-kawannya. Sambil mengunyah permen karet, Delein melewati mereka tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Sebelum masuk kamar, Del memanggil Kellya, salah satu pelayan yang posisinya terdekat. "Hei, kemari!"

Walaupun ragu, Si pelayan dengan bintik-bintik di wajahnya itu mendekat. "Ya, Tuan muda?"

Delein meletupkan permen karetnya di depan wajah Kellya. "Maumu apa, Budak?"

"Maaf?"

Tak sabar, Delein menarik kerah Kellya dan menempelkan permen karet kunyahannya di rambut coklat Kellya. "Titip. Aku malas cari tempat sampah."

"T-tuan!" seru Kellya antara marah dan panik. Pasalnya, permen karet sangat sulit dihilangkan dari rambut. Apalagi Delein melekatkannya tepat di pangkal. Kemungkinan terburuk, Kellya akan memangkas habis rambutnya.

Delein melipat tangan dan mengumumkan ke semua pelayan di lorong itu. "Kalau kalian bicara buruk tentang Bell lagi, aku masih punya 1 juta permen karet untuk membotakkan kepala kalian! MENGERTI?!"

Para pelayan langsung ciut. "Y-ya, Tuan Muda."

Delein menendang pintu.

Dia dan Mian cukup puas saat mendengar berita mengejutkan tentang kepala itu. Mereka tidak berhenti tertawa membayangkan bagaimana wajah syok Jelsiana dan yakin bahwa itu adalah perbuatan Reyson.

"Bell, harusnya kamu mendorong Ubur-Ubur ke laut. Kalau cuma di sungai dia masih bisa bangkit lagi!" serunya setelah membanting pintu kembali tertutup.

Rene meringis. Delein menakutkan. Tapi ada untungnya Erka mengakui bahwa Rene yang mendorong Jelly. Sebab jika Alby disalahkan, kuda albino itu akan dalam bahaya. Alby adalah kesayangan Rene karena Kaizel yang memberinya.

"Sedang apa?" Del duduk di samping Rene yang tampak kesepian di pinggir kasur, memandang langit berawan dari jendela.

Hari ini warna mendungnya kelihatan berbeda. Langitnya terasa sangat tenang, tanpa angin maupun kilat. Biasanya Rene akan takut melihat gerombolan awan gelap, tapi sekarang sudah tidak lagi.

The Great Sentinel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang