Part 6. Decent Guest

5.6K 620 11
                                    

"Eny sedang apa?" Demian menghampiri Rene di kasurnya.

"Kak Mian. Aku baru saja main sama Perry."

"Menyenangkan?"

"Sangat!"

Demian tersenyum simpul melihat keantusiasan Rene. Tapi senyumnya luntur begitu menyadari jendela kamar Kaizel terbuka. "Eny, boleh Kakak tutup jendelanya?"

Rene memiringkan kepala keheranan lalu mengangguk.

"Mulai hari ini Eny tidak perlu buka jendelanya, ya?" pinta Mian setelah menutup jendela rapat-rapat.

"Kenapa?"

"Rey punya kebiasaan masuk lewat jendela." Dia sepertinya tidak tahu apa gunanya pintu.

"Tapi kan dia bisa masuk lewat pintu kapan pun?"

"Tidak. Aturannya, seorang pengawal hanya boleh masuk ke kamar nonanya untuk saat-saat tertentu saja." Di luar kamar Kaizel ada beberapa pelayan dan penjaga. Reyson mungkin bisa masuk kamar ini kapan saja, tapi Jef Casias tidak.

Rene mengangguk paham. "Memangnya dia benar-benar pengawalku?"

Demian bersila di samping adik perempuannya yang rebahan. "Sayangnya iya. Tadi pagi saat Kakak cari Edvin, katanya dia sudah ditugaskan kembali ke markas tentara Devinter."

Kening Renebell mengerut sedih. Meskipun masih banyak orang baik di sisinya, dia merasa ditinggal sendirian. "Kak Mian."

"Hmm?"

"Aku kangen Papa."

Demian yakin Rene pasti kesepian. Meskipun tidak setiap saat bersama, Kaizel sering muncul melihat keadaan Rene di sela kesibukannya. Ketika menjenguk Rene, Kaizel tidak punya bahan pembicaraan dan hanya bertanya itu-itu saja seperti, 'kamu bosan?', 'kamu lapar?', atau 'kamu senang?', lalu pergi setelah puas dengan jawaban antusias putrinya.

Tingkahnya itu sama seperti yang dia lakukan terhadap istrinya dulu. Demian tersenyum sendu. Benar-benar ayah yang kikuk.

Merasa menduduki sesuatu yang tidak nyaman, Demian ikut merebahkan badannya menghadap Rene lalu menyelipkan poni adiknya ke belakang telinga. "Ayah sedang sangat sibuk mungkin sampai beberapa hari ke depan. Eny boleh main sama kakak kakak kapanpun. Jadi jangan sedih, ya?" hibur Mian dengan sedikit bumbu kebohongan.

Bohong jika Demian bilang Kaizel sibuk hanya untuk beberapa hari ke depan. Karena dulu sebelum Rene tinggal di mansion, Kaizel pernah pergi selama lebih dari dua tahun. Tapi setelah ada Rene, pria itu selalu melimpahkan pekerjaannya ke Reyson atau tentara yang lain. Karena sekarang Kaizel sendiri yang turun tangan, itu artinya misi kali ini sangat penting. Demian tidak bisa memperkirakan kapan ayah mereka akan pulang.

"Begitu, ya?"

"Iya." Terlebih, Demian harus sangat berhati-hati menyusun setiap kalimat yang keluar dari mulutnya karena dia yakin Rey sudah meletakkan alat penyadap di suatu tempat.

"Oke, aku mengerti." Renebell tersenyum lebar. Dia tidak boleh terus merengek mencari Kaizel. Ayahnya sedang sibuk. Dia akan menunggu kepulangannya dengan sabar.

"Nah, waktunya tidur siang. Eny mau Kakak nyanyikan atau dongengkan?"

Rene menggeleng. "Kak Mian juga tidur saja." Mereka lalu memejamkan mata bersama.

Demian setengah memeluk dan menepuk-nepuk punggung adiknya pelan. Begitulah cara menidurkan anak yang tertulis di buku. Dan sepertinya cara itu cukup efektif karena beberapa saat kemudian Rene menguap.

Tapi Demian terlelap lebih dulu.

Rene mengeratkan pelukannya pada Kaizee. Cepat kembali, Papa.

The Great Sentinel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang