Malam itu Rene tidak jadi mengajak Del dan Mian tidur bersama. Rasa takutnya terhadap gemuruh guntur mendadak hilang begitu saja. Dia tidur dengan posisi miring membelakangi tempat Kaizel, karena jika melihat tempat kosong itu dia akan semakin sedih.
Tunggu, memangnya Renebell sedih? Bukankah seharusnya dia bahagia? Anak perempuan yang disebut sebagai 'Putri Tuan Direktur yang masih hidup' itu seperti reinkarnasi Renesa. Dia punya rambut pirang serupa gambar wanita di kamar Kaizel. Saat pulang nanti ayahnya pasti akan sangat bahagia karena disambut oleh putrinya yang ia kira sudah meninggal.
Cklek.
Tanpa menoleh, Rene sudah tahu siapa yang masuk lewat pintu balkon. Padahal setelah malam itu, Rene cuma melihat Reyson mode pengawal saja. Tumben sekarang dia datang sebagai Reyson yang menyebalkan.
Rey berbaring santai di tempat Kaizel. "Butuh hiburan?"
"...,"
"Tidak, ya? Ya sudah aku tidur."
"Kamu senang?"
"Maksudmu karena dia masih hidup?"
"...,"
"Masa iya aku tidak senang?"
Saat melihat anak itu, Del, Mian, dan Reyson tercengang. Mereka antara percaya dan tidak percaya. Dia ditemukan meringkuk di luar gerbang di tengah lebatnya hujan, hanya mengenakan baju tipis tanpa membawa apa-apa selain sebuah foto dan secarik kertas. Di kertasnya tertulis bahwa dia dipulangkan ke mansion Devinter karena merupakan anak perempuan dari wanita yang tertera di foto. Wanita dalam foto itu adalah Renesa.
Rene tidak mengajaknya bicara lagi. Sementara itu Reyson tiba-tiba menarik-narik rambut Rene. Ck, harusnya tadi aku mengunci pintu balkon, kesal Rene merasa terganggu. "Kepalaku bisa botak, jadi lepaskan."
"Temanku bahagia setelah dia botak."
"Oh. Temanmu biksu, ya?"
Reyson terbahak mendengar itu. Dia awalnya ingin menggoda Rene lebih jauh tapi tidak jadi begitu gadis itu berkata, "Pergi sana. Bukan cuma aku yang butuh pengawal."
Jelsiana, nama gadis itu, sementara akan tinggal di mansion sampai hasil tes DNA-nya keluar. Jika memang putri Kaizel, dia tentu akan tinggal di mansion seterusnya. Jika bukan, Lewis menyarankan pada Mian--sebagai putra paling tua karena dia kira Reyson tidak ada--untuk menyerahkan keputusan itu pada Kaizel saat beliau pulang nanti dan Demian menyutujuinya.
"Hasil tes DNA-nya kan belum keluar. Kalau benar adikku aku akan memotong tangan siapa saja yang menyentuhnya."
Rene merinding. Dia tidak melihat tampang Reyson, tapi suaranya terdengar serius. "Aku jelas bukan adikmu, jadi kawal saja dia sampai hasilnya keluar."
Sekarang Jelsiana beristirahat di kamar tamu yang dulu ditempati Rene. Dokter Neil sudah memeriksanya. Dia bilang Jelsiana pingsan akibat suhu dingin dan kelelahan. Dia hanya butuh istirahat serta beberapa obat ringan.
Entah Jelsiana putri kandung Kaizel atau bukan, tapi Renebell merasa bersalah. Dia yang bukan siapa-siapa, selama 3 tahun ini malah menikmati kemewahan dan kasih sayang yang seharusnya dimiliki 'putri yang asli'.
Rey terdiam sesaat. "Oke."
Pria itu bangkit dari ranjang dan memilih keluar lewat jendela daripada pintu balkon. "Jangan tutup jendela lagi, ya? Atau aku akan lempar kepala manusia ke kamar Demian," ancamnya sebelum pergi.
Rene terhenyak bangun. Eh? Bagaimana dia bisa tau kalau Kak Mian yang menyuruhku menutup jendela?!
♦♦♦
"Perry tidak perlu merasa bersalah begitu."
"Tapi, Nona kecil...,"
"Aku tidak apa-apa, kok," Rene tersenyum ceria seperti biasa, "Eny sudah 9 tahun harusnya mandi dan bersiap sendiri."
Krista cuti sampai 3 minggu ke depan, sementara pelayan lain sibuk mempersiapkan pesta perayaan 'tinggi Nona kecil bertambah 0,3 senti meter' yang akan diadakan 4 hari lagi. Karena tidak ada pekerja yang senggang, Rene meminta Perry untuk melayani Jelsiana. Dia baru saja sakit. Harus ada orang dewasa yang merawatnya.
"Dan baju untuk Nona Jelsiana...," Sejak tadi Perry tidak enak hati membicarakan Jelsiana di depan nona-nya.
Rene melirik gaun biru pastel yang tersampir di lengan Perry. Salah satu gaun pemberian Kaizel saat mereka keliling kota untuk pertama kali. Waktu itu Kaizel membeli semua barang yang Rene lihat meskipun mata gadis itu cuma tak sengaja berpapasan dengan barangnya.
Termasuk gaun biru itu. Ukurannya masih terlalu besar untuk Rene kenakan. Sedangkan perawakan Jelsiana sekitar 15 cm lebih tinggi dari Renebell. Rambut pirang dengan gaun biru, tidak ada perpaduan yang lebih cocok dari itu.
"Baju punya Eny masih sebanyak ini." Rene membuat lingkaran besar dengan kedua tangan.
Perry pasrah menuruti permintaan Nona kecil. "Kalau begitu saya ke kamar tamu dulu, Nona. Kalau butuh apa-apa Nona kecil jangan segan panggil pelayan, ya? Harus! Pokoknya harus!" Karena dia sudah sangat hafal kepribadian Rene. Di umurnya sekarang, gadis kecil itu terbilang sangat mandiri. Bahkan Perry sebagai pelayan sekaligus pengasuh kadang merasa tidak berguna.
Renebell menarik nafas dalam-dalam begitu Perry menutup pintu. Semalam dia memang kacau. Tapi setelah bangun tidur, Rene merasa segar kembali. Pikiran sempitnya mengenai Jelsiana menguap bersama embun pagi.
Justru sekarang Rene senang karena akhirnya dia punya teman perempuan seumuran. Mereka bisa saling berbagi, belajar, dan bermain bersama sepanjang waktu. Kapan-kapan aku akan mengenalkannya dengan Kaizee, Miana, dan Deli.
Lalu Leci? Rene menggantungnya dengan tali di balkon begitu Reyson pergi tadi malam.
Rene asyik berandai-andai sampai tidak sadar kalau dirinya sudah selesai mandi dan merapikan rambutnya. Beberapa saat setelah itu, suara Perry terdengar dari luar. "Nona kecil, apa Nona sudah selesai? Nona Jelsiana ingin menemui Nona."
"Ah? Ya ya kamu boleh masuk."
Pintu kamar terbuka dan Jelsiana dengan gaun birunya sudah berdiri di sana. "Halo."
Renebell terpengarah melihat penampilan Jelsiana sekarang. Dia benar-benar persis boneka. Rambut emasnya terurai indah. Matanya sebiru lautan. Dalam sekali lihat, Rene langsung teringat Renesa. Begitu pula dengan para pelayan yang diam-diam mengikutinya karena penasaran.
"Nona kecil baik-baik saja?"
Rene tersentak. "Y-ya. Hai? Senang bertemu denganmu," sahutnya canggung.
Jelsiana membungkuk sesaat dan menegakkan badan kembali. Setiap gerakannya terlihat sangat anggun. "Terima kasih sudah memberi saya gaun ini. Nama saya Jelsiana. Nona bisa memanggil saya Jelly." Dari cara bicaranya yang percaya diri, Jelsiana pasti pandai berkomunikasi.
Rene jadi tak enak hati karena Jelsiana bertingkah sesopan itu padanya. "Jelly, kamu tidak perlu bicara formal. Panggil aku Rene saja."
"Ah, maafkan saya jika itu membuat Nona tidak nyaman!" Jelsiana langsung membungkuk seolah-olah telah membuat masalah besar.
"T-tidak, kok. Aku senang bicara denganmu."
Jelsiana menyeka sudut matanya yang berkaca-kaca. "Sungguh? Tapi saya terbiasa berbicara formal dengan orang lain. Nona pasti tidak akan nyaman dengan saya."
Aduh, kenapa Jelly malah menangis? "Kalau kamu merasa begitu, bicaralah senyamanmu saja."
Jelsiana tersenyum sendu. "Baiklah, terima kasih, Nona. Lain kali saya akan bersikap lebih baik lagi."
Rene balas tersenyum. Entah kenapa Rene merasa Jelsiana ingin membuatnya seperti orang yang tega menyudutkan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Sentinel (TAMAT)
Teen FictionSEASON II Buku ke 2 'Be My Daughter?' Luar biasanya Papa dan Kakak-kakakku! -Rene 2021- Start : 8 Mei 2021 Finish : 12 Juli 2021 Cover from Pinterest.