Warming Up Part 2

2.8K 54 0
                                    

"Tapi minuman ini enggak bisa kakak kasih langsung ke kamu."

"Kenapa kak?" tanya Dithra kebingungan.

"Ada syaratnya dong." kak Putra nyengir jahil lagi.

"Apa kak?" Dithra mengernyitkan dahi tanda semakin penasaran.

"Sini kakak kasih tau."

Kak Putra pun duduk di sebelah Dithra.

"Syaratnya kamu harus cium kakak." kata kak Putra sambil menyentuh pipinya yang kemerahan lalu senyum genit.

"Haah cium? Cium pipi kak?" Dithra kaget.

"Iya. Cuma cium pipi aja."

"Tapi kan aku suka cium pipi dan tangan kak Putra kalo kakak pergi sekolah."

Dalam hati Dithra berkata:

"Aku emang suka cium tangan dan pipi kak Putra kalo dia pergi sekolah, suka cium pipi juga kalo mau tidur malam dan kalo kak Putra ulang tahun, itu aja sih. Kata mamah jangan sembarangan cium-cium, takut kak Putra kotor badannya. Tapi sebenernya aku pengen cium juga. Aku penasaran."

"Kak, kata mamah jangan sembarangan cium-cium takut kakak badannya kotor." kata Dithra mengulangi nasehat mamahnya.

"Alaah, gak apa-apa kok. Aku kan kakak kamu. Biar ikatan persaudaraan kita kuat."

"Tapi kak, kita kan enggak di iket pake tali." kata Dithra polos.

"Duh dek. Maksudnya biar kita makin sayang satu sama lain. Kamu sayang kan sama kakak?"

Mendengar kata-kata kak Putra, muka Dithra merona merah sambil menahan senyum.

"Mau minuman enggak? Kalo enggak ya udah biarin kamu kehausan." kak Putra mengancam.

"I...Iya kak mau doong." kata Dithra sambil malu.

"Ya udah, nih." kak Putra menyodorkan pipinya yang mulus kemerahan.

Bibir mungil Dithra pun meluncur menuju pipi kak Putra.

CUP

Dithra pun mengecup pipi kak Putra. Kemudian ada perasaan aneh yang dirasakan Dithra.

"Perutku tiba-tiba enggak enak, jantungku berdebar juga. Tapi perasaan ini...hangat, nyaman. Kenapa bisa begini?"

"Nah gitu dong. Nih minumannya." kak Putra menyodorkan minumannya.

"Iya kak, makasih." Dithra meraih minuman itu, lalu termenung.

"Kenapa dek?"

"Aku gak bisa bukanya. Bukain dong kak."

"Oh. Sini." kak Putra mengambil kaleng minuman itu lalu membukanya dan kembali menyerahkan minuman itu ke Dithra.

Kedua kakak beradik itu sekarang sedang duduk di bangku di bawah pohon sambil menikmati minuman dingin dan semilir angin. Mereka tidak bicara satu sama lain, asyik dengan minumannya sendiri dan juga karena kelelahan sehabis bermain bola basket.

Tanpa disadari kak Putra, diam-diam Dithra memperhatikan kakaknya itu. Dithra memperhatikannya dari ujung kepala hingga kaki. Tatapannya seperti mengagumi kakaknya itu. Dia memperhatikan dengan seksama tengkuk kak Putra yang berkilat karena keringat, juga lengan dan ketiak kak Putra yang terlihat karena memakai baju basket.

Perasaan yang aneh muncul lagi pada diri Dithra. Jantungnya berdegup cukup kencang, perutnya bergejolak. Dalam benaknya, ingin sekali memegang lengan kak Putra.

Walaupun kak Putra dan Dithra adalah saudara kandung, tapi selama ini Dithra jarang melakukan kontak fisik selain mencium tangan atau pipi kak Putra. Itupun dilakukan hanya saat keadaan tertentu saja. Maka dari itu, sepertinya Dithra sangat penasaran untuk kontak fisik selain mencium tangan atau pipi.

Dithra tersadar dari lamunannya. Tiba-tiba terlintas pertanyaan random di benaknya.

"Kak, kenapa kakak tinggi sih?"

"Oh, itu karena kakak hobi main basket dan berenang." kak Putra menjawab dengan bangga.

"Waw keren ya kak. Aku bangga punya kakak kaya kak Putra." kata Dithra sambil mengacungkan jempolnya.

"Ah biasa aja kok. Nanti kamu kalo sekolah ikutan klub olahraga ya."

"Hmm...Tapi emang bisa kalo..." Dithra seperti ingin menanyakan sesuatu tapi terpotong oleh suara yang memanggil mereka berdua.

"Putra! Dithra! Mandi dulu! Udah sore!" ternyata mamah memanggil dari depan rumah.

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Mereka pun menghampiri ibu mereka. Untuk ukuran anak seumur mereka, kak Putra dan Dithra bisa dibilang anak yang penurut. Tapi mungkin saja suatu hari nanti sifat mereka berubah seiring bertambahnya umur.




Summer HeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang