04- PANIK

7 5 1
                                    

"Amel saha??" tanya Riko pura-pura amnesia.

"Bego!?! AMEL GALAK!! BESPRENG DARKA!!!?" Jawab Ical dengan menahan diri agar tidak menjitak kepala Riko karena saking gemasnya dengan pertanyaan Riko.

"MANA?? WAH PARAH NIH BISA-BISA KITA KETANGKEP NIH!?!" Heboh Dio.

"HEH ANJIRR DIEMM NAPA???? TUH SIH AMEL TUH....," ucap Ical sambil menunjuk kearah lapangan, "LAGI HORMAT BENDERAA TUH,"

"HAH SERIUSANN!?!!" sahut Riko dan Dio bersamaan.

Mereka berdua terkejut melihat Amel yang menghormati bendera, kenapa bisa? Mungkin itulah pertanyaan mereka.

"NGAPAIN TUH??? LAGI JADI SUKARELAWAN SISWA YANG TELAT ATAU NGAPA???"

"IYA ANJIR, TUMBEN BANGET TUH ANAK,"

"BURUANN!!! BURUANN!!! TELPON SI DARKA, HOT NEWS INI MAH, SI DARKA HARUS TAU!!!" seru Riko sambil memukul lengan Ical.

"SANTAI NJIR!!!!" ucap Ical kesal. Sedangkan Riko hanya menyengir tanpa dosa.

"Buruan!!"

"Iyeiye," dengan malas Ical mengambil ponselnya dan menelpon Darka.

Tidak seperti biasanya, kali ini Darka mengangkat telpon lebih cepat dari biasa nya. Biasanya mereka harus menunggu beberapa kali barulah Darka akan mengangkat, kali ini adalah sebuah keajaiban.

📞APA???

📞Eh seloww broo, gue punya hot news nih, mau tau gak?? Mau tau gak??

📞SOK MISTERIUS LO BAMBANKK

📞EHH JANGAN SALAHHH

📞BURUANN APA??

📞Sekarang lo dimana?

📞Rumah

📞BURUAN TUH SI AMELLL!!!!

📞YANG JELAS ANJIRR,JANGAN SETENGAH-SETENGAH

📞AMEL LAGI HORMAT BENDERA

📞SERIUS LO ANJIRR? DEMI APA? HAH?

📞MAKANYA BURUAN KESINI NJIR,TUH SOHIB LO LAGI BUTUH BAN-

Tutttt....tuttt.....tutttt......

"Sial," umpat Ical. Ical menatap ponselnya dengan tatapan nanar, tidak apa ia sudah biasa. Sudah biasa diputus sebelah pihak, mau itu telpon ataupun cinta. Miris sekali.

"Udah?"

"Hem,"

"Terus Darka bilang apa? Kaget gak dia??"

"Diputus njir, gue belum slesai bicara juga,"

Riko dan Dio tentu saja tertawa, humor mereka terlalu rendah sampai-sampai hal yang sebenarnya tidak lucu pun mereka akan tertawa.

"Yang sabar bro, nanti jugaa kena karma," ucap Dio sambil mengelus pundak Ical.

"Anjir!?!"

Pagi itu koridor yang awalnya sunyi menjadi riuh karena tawa mereka bertiga.

***

"Pak sepertinya hukumannya sudah cukup," ucap bu Sri, ia mulai khawatir karena sudah sejam berlalu.

Pak Setyo menggeleng tanpa keraguan, "dia harus menerima hukumannya!!"

Bu Sri menghela napas. Sepertinya sia-sia saja jika ia meminta keringanan hukuman, Pak Setyo terlalu keras.

AMELDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang