Jam sudah menunjukkan pukul 23:15. Angin berhembus sangat dingin. Hal ini membuat siapa saja yang keluar sekitar jam begini akan membeku kedinginan jika tidak memakai pakaian yang tebal, setidaknya mereka harus memakai jaket agar udara dingin tidak menusuk kulitnya langsung. Tapi pasti kebanyakan orang akan lebih memilih tidur daripada harus keluar tengah malam seperti ini.
Tapi hanya sebagian. Semua itu tidak berlaku bagi beberapa orang. Sama halnya dengan orang yang sedang mengendarai motor beat-nya, menembus angin malam yang sangat dingin.
Tapi ternyata pria yang sedang mengendarai motornya itu sedang menggerutui dirinya sendiri karena harus pulang semalam ini. Sebelumnya ia tidak pernah melakukan ini, coba saja semua ini bukan karena tugas dia pasti tidak akan rela keluar.
Bagas. Sesekali ia bersenandung menghilangkan rasa sepi yang menerpanya. Jalan mulai sepi hanya beberapa kendaraan saja yang lewat, karena memang sekarang sudah jam tidur, jadi orang-orang lebih memilih tidur dirumahnya daripada keluar mencari angin malam.
Semakin malam udara terasa semakin dingin. Suara burung hantu mulai terdengar membuatnya merinding sendiri. Sebenarnya dia tidak takut hanya saja ia merasa harus was-was. Dijalan sepi seperti ini, bisa saja sesuatu yang tidak terlihat lewat begitu saja. Dia menggeleng cepat.
Tapi tidak lama ia mendengar suara tangis, terdengar dekat dengan keberadaannya sekarang. Apa itu kuntilanak? Pikirnya, tapi ia segera menggeleng menghilangkan prasangkanya.
Semakin ia menembus jalan, suara tangis itu semakin terdengar jelas membuatnya benar-benar ingin melarikan diri. Dalam hati ia terus memanjatkan doa agar dijauhkan dari hal-hal aneh. Baru saja ia akan membalap motornya, ia malah kembali memelankannya saat melihat seorang gadis duduk di taman sendirian.
Bagas memicingkan matanya agar melihatnya dengan jelas. Awalnya ia kira gadis itu setan jadi-jadian, tapi setelah gadis itu mengangkat wajahnya, ia terkejut. Dan berpikir, kenapa dia duduk sendirian semalam ini?
Alih-alih pergi, dia malah mendekatkan motornya kearah gadis itu, Keyra.
Keyra duduk sendirian disana tetap diam ditempatnya tanpa menoleh sedikitpun saat motor Bagas menepi. Entah ia mendengar suara deru motor Bagas atau pura-pura tidak mendengarnya. Detik berikutnya Keyra mengangkat kedua kakinya lalu memeluknya setelah itu ia menenggelamkan wajahnya.
Bagas turun dari motornya dan langsung membuka jaketnya. Ia mendekat kearah Keyra dan melihat badannya yang mulai menggigil kedinginan. Setelah sampai dihadapannya, ia segera menyelimuti Keyra dengan jaket yang dipegangnya.
Keyra terlihat terkejut, lalu mendongakkan kepalanya.
"Ngapain lo disini?"
"Seharusnya gue yang nanya ke lo, ngapain lo disini jam segini?"
"Bukan urusan lo!" sarkasnya.
Bagas manggut-manggut dan dengan begitu saja ia duduk disamping Keyra.
"Gak baik loh, lo itu cewek. Kalo ada preman lewat atau ada rampok, lo mau ngapain?"
Keyra terdiam, mencoba menetralkan napasnya akibat menangis tadi. Kenapa juga Bagas datang menghampirinya, seharusnya pria itu pergi saja tanpa menghiraukan dirinya.
"Lo abis nangis?" tanya Bagas sembari menundukkan kepalanya agar melihat jelas keadaan Keyra.
Lalu detik berikutnya ia tertawa pelan, "jadi lo yang nangis? Tadi gue kirain kunti yang nangis." lontarnya.
Keyra menoleh dengan sorot mata tajam, walaupun matanya sembab ia masih bisa menatap orang sesinis mungkin.
"Lo ngapain hah nangis disini? Kan nangis dikamar lo lebih bagus, lo bisa meluk bantal, lah disini lo meluk siapa? Meluk angin?" ledek Bagas disertai dengan tawa ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMELDA
Teen FictionMenjadi seorang sahabat ternyata tidak semudah itu. Kata orang 'tidak ada persahabatan antara perempuan dan laki-laki yang berhasil' tapi ternyata ada beberapa orang yang berhasil melewatinya. Tapi tidak ada yang mengetahui bagaimana tentang perasaa...