"Woy apa nih ndan!?" seru Riko saat Darka menghampiri mereka berempat digeduang belakang tempat nongkrong mereka disekolah.
"Kemana aja lo njir!? Udah capek pedekate?" sahut Ical.
"Masih ingat pulang lo, njir?" timpal Dio.
Padahal belum juga pintu gudang itu terbuka lebar mereka bertiga sudah melemparkan berbagai macam pertanyaan.
Darka mendengus kesal. Teman-temanya itu terlalu keterlaluan, padahal baru juga ia sampai tapi sudah dilemparkan pertanyaan yang bertubi-tubi.
Dengan langkah ogah Darka berjalan masuk kesana dan mengambil duduk disamping Riko.
"Serius nanya, lo kenapa dah tumben banget?" tanya Riko serius.
"Emang salah kalo gue ikut ngumpul lagi?"
"SALAH!" jawab mereka serempak.
Hanya dengan begitu saja tawa mereka langsung meledak membuat suasana yang sebelumnya hening langsung menjadi riuh.
"Sialan." umpat Darka.
Tidak lama keheningan kembali menyambut. Mereka berempat sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dio dan Ical yang sibuk dengan rokoknya, Riko yang sibuk membalasi pesan Malika dan Darka yang sibuk menunggu pesan dari Bella.
Darka baru ingat bahwa hari ini kelas Amel ada jadwal olahraga. Di jam keempat dan kelima. Sepertinya ia harus membolos dijam itu agar bisa memperhatikan Bella walaupun sebenarnya tidak ikut olahraga diakibatkan penyakitnya.
"Apa kabar lo sama Amel?" celetuk Riko tiba-tiba.
Ternyata anak itu sudah selesai membalas kan chat sang pacar. Sekarang atensi nya terfokus kearah Darka.
"Apanya?" balas Darka.
Dio dan Ical yang tadinya merokok sekarang mematikan rokoknya lalu beralih menatap Darka. Mereka juga sama penasarannya, karena akhir-kahir ini mereka berdua sudah jarang bersama. Ini tidak seperti mereka sebelumnya, walaupun Darka punya banyak cewek tapi tetap saja ia pasti akan terus bersama Amel. Tapi setelah Darka mengenal Bella, hubungan diantara mereka jadi berjarak.
"Iya gue juga penasaran, akhir-akhir ini lo jarang banget sama Amel," Ical ikut menyahut.
Darka mengyeritkan keningnya, "emang kenapa? Kan gue lagi pedekate, ya kali gue pedekate ngajak Amel, bisa-bisa digempur gue sama tuh anak karena dijadiin obat nyamuk," ungkap Darka santai.
Ical dan Riko memicingkan matanya.
"Emang lo gak apa-apa?" tanya Riko.
Alih-alih menjawab, Darka malah balik bertanya, "Emang gue kenapa?"
Tidak lama sebuah tangan langsung mendarat dikepala Riko yang lantas membuatnya meringis.
"Apaan sih njir!" kesal Riko.
"Pertanyaan lo salah bego! Yang benar tuh emang Amel gapapa?" sewot Ical.
Dio sejak tadi hanya memperhatikan, tidak niat menyahuti bahkan menimpali.
Riko menepuk jidatnya, "oalah. Iya itu maksud gue,"
Darka berdecak kesal, "emang si Amel kenapa sih? Dia baik-baik aja, emang lo pada kenapa dah padahal kita baik-baik aja," ucap Darka.
"Emang lo gak ada perasaan gitu ke Amel?" celetuk Riko.
Ical mengangguk, "lo pernah dengar istilah gak sih kalo persahabatab antara perempuan dan laki-laki itu gak bakal bertahan lama?"
Alih-alih Darka yang menjawab, Riko malah yang mengangguk antusias.
"Iya, gue selalu dengar. Alasannya tuh karena pasti diantara dua orang itu bakal ada yang jatuh cinta, lo gitu gak sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AMELDA
Подростковая литератураMenjadi seorang sahabat ternyata tidak semudah itu. Kata orang 'tidak ada persahabatan antara perempuan dan laki-laki yang berhasil' tapi ternyata ada beberapa orang yang berhasil melewatinya. Tapi tidak ada yang mengetahui bagaimana tentang perasaa...