16- SALING PEDULI

10 2 0
                                    

Amel menatap nyalang kearah Darka yang sibuk memainkan playstation nya.

"DARKA!!!!!!"

Darka yang tidak sadar akan kedatangan Amel langsung menoleh. Untung saat itu Riana dan juga Wira tidak ada dirumah, jadi Amel bisa berteriak sepuasnya, bodo amat dengan tetangga.

Darka yang merasakan hawa berbeda langsung menghentikan permainannya. Alih-alih mendekat, ia malah berjalan kearah kamar mandi, mencari tempat aman agar Amel tidak mengamukinya. Darka jelas tau, apa yang membuat Amel datang kesini.

Napas Amel semakin memburu, rasanya ia tidak punya rasa iba lagi terhadap anak bernama DARKA itu.

Sudah seperti banteng yang sebentar lagi mengamuk, Amel mengatur napasnya. Darka jelas ketakutan, sejak tadi ia sudah susah payah menelan ludahnya sendiri. Seketika jarak kamar mandi jauh darinya, padahal jika biasanya sedekat nadi.

"A-a-am-me-el."

Detik berikutnya tatapan Amel berubah, napasnya sudah mulai beraturan membuat Darka bisa bernapas lega. Tapi siapa sangka, saat Darka lengah, Amel langsung menghampirinya dan menghadiahinya dengan gebukan yang tidak main-main sakitnya.

"Anjir lo sialan! Gue MALUUU!!!!" pekiknya.

Darka terdiam sebentar lalu tidak lama tawanya meledak. Walaupun sekarang badannya sudah sakit-sakitan karena gebukan Amel tapi tawanya terus meledak-ledak.

Napas Amel kembali memburu. Ia terus menggebuki Darka tanpa ampun. Bukannya meminta tolong untuk dihentikan, Darka malah semakin mengeraskan tawanya. Membuat wajah Amel jadi memerah karena marah dan malu.

Akhirnya Amel lelah sendiri. Ia menjauhkan diri dari Darka. Amel lalu mencoba mengatur napasnya. Sama halnya Amel, Darka juga mengatur napasnya karena ketawanya tadi.

"Lo bayar kan tuh makanan?" tanya Darka setelah napasnya kembali normal.

Amel berdecak kesal, alih-alih menjawab.

Tawa Darka kembali meledak, "Mel, kan gue pesannya pake akun lo, seharusnya yang bayar emang elu,"

"Emang yang suruh lo pesan siapa njir?

Lagi-lagi Darka tertawa, "iya maap, sebenarnya gue pesan supaya lo gak marah lagi,"

Amel mendecak, "bukannya gue baikan, lo malah buat gue tambah marah tau gak. Mana mas nya tadi cakep, akh!" frustasi Amel saat mengingat kejadian tadi.

"Yaudah, daripada lo marah mulu mending lo makan tuh, martabak manis kesukaan lo, topingnya keju susu,"

Mata Amel langsung berbinar. "Benaran keju susu?"

Darka mengangguk. Dan benar saja saat Amel membukanya, rasanya rasa marahnya hilang seketika disebabkan toping keju susu, toping kesukaannya.

"Gitu kek, senyum yang manis! Jangan marah mulu, belum cukup usia udah tua duluan baru tau rasa!" cibir Darka.

Amel hanya membalasnya dengan tatapan malas. Ia lalu beranjak ke balkon kamar Darka lalu duduk disana menikmati angin malam.

"Ambilin minum dong," pinta Amel.

Darka berdecak kesal, "iya bos, siap laksanakan!"

Dengan begitu saja tawa Amel langsung meledak.

Tidak lama Darka datang dengan membawa dua botol teh pucuk ditangannya. Ia ikut mengambil duduk disamping Amel. Mereka sama-sama menikmati angin malam ini. Langit malam ini sangat bersahabat, bintang yang bertebaran dimana-mana dengan bulan yang berbentuk sabit menghiasi langit gelap malam ini.

AMELDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang