Jika saja didunia ini ada penghargaan untuk manusia mager, mungkin saja Amel akan masuk kedalam nominasinya. Sebab bisa dikatakan, sejak tadi bahkan sejak ia pulang sekolah yang ia lakukan hanyalah goleran diruang tengah. Sampai makan pun rasanya ia malas.
Menghela napas, lagi. Yang bisa Amel lakukan hanyalah menghela napas, lagi dan lagi. Bahkan tv yang menyala dihadapannya sama sekali tidak ada menariknya. Bahkan channel yang tayang dihadapannya, seperti tidak ada apa-apanya.
"Amel!?" panggil Rika dari dalam sana.
"Hem." balas Amel tidak bersemangat.
Amel menatap tv dengan tatapan kosong. Sampai tidak lama bayangan wajah jail Darka melintas disana membuat Amel mau tidak mau langsung bangkit karena terkejut.
"Njir! Kenapa wajah tengil tuh anak lewat," gerutu Amel.
"Amel!?"
"Iya ma, kenapa?" balas Amel, lagi.
"Amel!?"
Amel berbalik kearah kamar mamanya dengan alis yang menaut.
"Amel!?" kini suara Rika semakin besar.
Amel menghela napasnya, "Iya, ma. Kenapa?" balas lagi dengan suara yang tak kalah besar.
Tidak lama Rika keluar dari dalam sana dengan raut wajah yang terlihat sangar.
Amel semakin mengyeritkan keningnya, mungkinkah mamanya ini sedang datang bulan?
"KAMU INI MAMA PANGGIL DARI TADI, KENAPA GAK NYAHUT-NYAHUT, HAH?" geram Rika.
Amel yang duduk disana terdiam cukup lama dengan kening yang berkerut. Padahal sejak tadi Amel menjawab panggilan mamanya itu.
"Tadi Amel jawab, ma." balas Amel.
"Mana ada!? Daritadi mama manggil kamu, gak ada sahutan tuh,"
Amel membuang napasnya kasar, "mama lagi PMS ya?"
Detik berikutnya Rika langsung menampakkan deretan giginya. Sontak saja membuat Amel mengusap wajahnya gusar.
"Dahlah ma, mama kalo pms jangan marah-marah ke Amel dong. Marahnya ke tembok aja," gerutu Amel.
Rika yang mendengar itu sontak langsung mencibir. Ia lalu berjalan kearah Amel lalu mengambil duduk disampingnya.
"Itu kamu mau rusakin remote, hah? Kalo gak mau nonton di matiin aja tvnya. Daripada diganti-ganti kayak gitu, tv nya pasti capek karena harus diganti-ganti mulu," cibir Rika.
"Mama," rengek Amel sembari berhambur ke pelukan Rika.
"Mama diam aja ya, kan lagi PMS." pinta Amel.
Rika melotot, "enak aja, mama disuruh diam. Gak bisa lah!"
"Yaudah deh, Amel masuk aja." ucap Amel sembari bangkit dari duduknya.
Tapi belum sempat berdiri penuh, tangannya langsung ditahan oleh Rika.
"Beliin mama kiranti dong," ucap Rika disertai dengan cengirannya.
Amel menghela napas berat.
"Mau gak?" tanya Rika.
"Kalo Amel bilang gak mau, mama marah gak?"
"Ya marah lah, ini perut mama nyeri-nyeri kamu gak kas-,"
"Iya ma, Amel mau!"
Tawa Rika meledak begitu saja saat melihat wajah kesal putri semata wayangnya itu.
Tidak menunggu lama, Rika mengeluarkan uang berwarna merah dari kantong celananya. Sontak saja membuat mata Amel langsung berbinar.
"Beliin dua ya," ucap Rika.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMELDA
Teen FictionMenjadi seorang sahabat ternyata tidak semudah itu. Kata orang 'tidak ada persahabatan antara perempuan dan laki-laki yang berhasil' tapi ternyata ada beberapa orang yang berhasil melewatinya. Tapi tidak ada yang mengetahui bagaimana tentang perasaa...