19- LANGIT SENJA

5 0 0
                                    

Sandi memeriksakan keadaan Bella. Dia sudah datang sejak tadi. Tentu saja dia panik, tapi setelah memeriksanya, Sandi terkejut karena Bella tidak seperti biasanya. Kali ini keadaannya baik-baik saja, Bella hanya kelelahan. Jika biasanya Bella drop dan harus dipasangkan alat-alat, sekarang tidak. Sandi bersyukur, sepertinya ia tidak salah membiarkan Bella berteman dengan Amel dan Darka. Karena sejak bersama mereka Bella tidak seperti dulu lagi, yang selalu merasa kelelahan.

Amel dan Darka berdiri tidak jauh dari sana. Mereka sama paniknya, bahkan lebih panik lagi. Karena bisa jadi setelah ini mereka berdua dilarang untuk mendekati Bella. Dan jika itu terjadi rencana pdkt Darka jelas akan gagal.

Amel menoleh kearah Darka, ia dapat melihat jelas raut wajah khawatirnya. Sekhawatir itukah lo, Dar.

Sandi berbalik kearah mereka berdua dengan raut wajah datar. Mereka berdua mulai merasa was-was, mungkinkah Sandi marah? Jelas, pasti Sandi akan marah kepada mereka karena membuat putri semata wayang nya kelelahan sampai pingsan seperti sekarang.

Tapi siapa sangka, tidak lama sebuah senyum tipis tercipta di wajah Sandi membuat Amel dan Darka mengyeritkan keningnya heran. Lalu mereka berdua saling melemparkan tatapan heran satu sama lain.

"M-ma-af om," ucap Amel was-was.

Alih-alih menjawab, Sandi malah semakin melebarkan senyumnya. Yang lantas membuat mereka semakin kebingungan.

"Saya mau berterimakasih sama kalian," ucap Sandi akhirnya.

Amel dan Darka kembali saling melemparkan tatapan heran satu sama lain. Mereka amat teramat bingung, untuk apa Sandi berterima kasih kepada mereka?

"Setelah Bella mengenal kalian, dia sudah tidak sering drop seperti dulu lagi. Biasanya kalo dia kelelahan dan drop seperti ini, dia pasti akan langsung dilarikan kerumah sakit dan dipasangkan alat-alat pembantunya tapi sekarang saya agak terkejut karena dia bisa bertahan," tutur Sandi sembari memperhatikan putri semata wayangnya itu dengan sendu.

Kini Amel dan Darka paham.

"Ternyata saya tidak salah menitipkan Bella sama kalian. Karena itu terima kasih karena mau terima Bella apa adanya." sambungnya.

Amel dan Darka tertegun untuk beberapa saat. Melihat tatapan Sandi ke Bella mereka sudah bisa menyimpulkan bahwa Sandi sesayang itu dengan Bella.

"Ohiya, saya mau nitip Bella sama kalian. Tidak apa-apakan?" ucap Sandi tiba-tiba.

"Hah?"

"Sebenarnya sebentar lagi saya ada jadwal dengan pasien dan saya harus kembali kerumah sakit sekarang," jelasnya.

Darka dengan cepat mengangguk, "iya gakpapa om, saya akan jaga Bella dan bawa Bella pulang dengan selamat."

Sandi terkekeh, "jangan ambil kesempatan dalam kesempitan loh."

Sontak tawa Amel langsung meledak, tidak terlalu keras tapi cukup membuat suasana disana mencair.

Sandi menoleh kearah Bella lalu mencium kening putri semata wayangnya itu.

"Baik-baik ya, anak ayah." katanya.

Amel tidak bisa menyembunyikan rasa harunya. Ia menatap mereka berdua dengan tatapan sendu. Ada banyak orang yang sayang dengan Bella tapi kenapa dia selalu merasa sendirian?

"Saya titip Bella sama kalian ya," ucapan Sandi sembari membersihkan alat-alat yang dibawanya tadi.

"Siap om." jawab Amel dan Darka bersamaan.

"Saya pergi dulu." ucap Sandi sebelum akhirnya pergi dari sana.

Kini tinggal mereka bertiga didalam sana. Darka berjalan mendekat kearah Bella yang terbaring diatas ranjang. Begitu juga dengan Amel, ia mendekat kearah tempat dimana Bella berbaring.

AMELDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang