11- SESAK

10 4 0
                                    

Darka menopang dagu nya sambil memperhatikan Amel yang sibuk memasak mie. Tidak hanya sedang memasak, ia juga sejak tadi mengomeli Darka karena kejadian tadi membuat kuping Darka rasanya ingin meledak.

Darka menghela napasnya gusar.

"Iya, maap. Udahlah Mel gak capek apa lo ngomel mulu dari tadi?"

Amel menoleh dengan tatapan tajam kearah Darka.

"Ya salah lo sendiri njir, main masuk aja, mana gak salam lagi," cibirnya.

Darka mengusap wajahnya frustasi. "Iya Mel iya, gue salah! Puas!"

Amel menoleh lalu menggeleng, "lo udah hampir buat gue jantungan!" tegas Amel.

"Baru juga hampir Mel,"

Amel jelas melotot, "enak aja lo, kalo gue jantungan benaran gimana? Mau tanggung jawab lo?"

"Enggaklah!"

Amel refleks mengangkat pisau yang dipegangnya kearah Darka. Darka jelas terkejut lalu menjauhkan dirinya.

"ITU PISAU MEL, ASTAGFIRULLAH!!"

Seketika ide cemerlang langsung melintas dikepalan Amel. Dengan sengaja Amel memainkan pisau yang dipegangnya. Dan berlagak seperti seorang psikopat, tersenyum sumringah. Lalu detik berikutnya tertawa, benar-benar seperti psikopat.

Darka jelas merinding melihat tingkah Amel yang tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan seperti itu.

"Mel, lo gak kerasukan kan??"

Amel tidak menjawab, ia masih fokus memainkan pisau yang dipegangnya. Jujur saja, ia ingin sekali tertawa melihat wajah ketakutan Darka. Tapi ia tahan, jika Darka bisa membuatnya jantungan kenapa Amel tidak.

"AMEL!!!"

Amel berjalan mendekat kearah Darka, membuat Darka refleks mengundurkan langkahnya.

"AMEL SADAR WOY!!!"

Bukannya berhenti Amel malah memperdekat langkahnya sampai tubuh Darka menabrak tembok. Darka jelas panik, karena ia sudah terapit disana. Dan tentu saja Amel tambah gencar untuk mengerjainya.

Jika saja Amel tidak sedang bersandiwara, ia yakin akan menertawai Darka sekarang. Tapi ia harus menahannya agar sandiwaranya tidak sia-sia.

"AMEL GUE MINTA MAAP, SERIUSS DEH!! ITU PISAUNYA JAUHIN DIKIT NAPA ASTAGFIRULLAH AMEL GUE MASIH MAU IDUP, MASA LO MAU BUNUH SAHABAT GANTENG LO INI, NANTI LO GAK PUNYA SAHABAT GANTENG LAGI GIMANA. AMEL!!!!!" pekik Darka dengan mata terpejam.

Hanya dengan begitu saja tawa Amel langsung meledak. Ia kalah, ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa. Melihat wajah ketakutan Darka jelas membuat Amel kewalahan menahan tawanya.

Darka berlahan membuka matanya dan disuguhkan oleh pemandangan Amel yang menertawainya sampai air matanya keluar.

"Sial lo! Gue kira kerasukan benaran lo sama setan penjaga komplek ini." sergah Darka sembari mengatur napasnya yang tidak beraturan.

Amel memegangi perutnya yang mulai keram akibat tertawa, "badannya aja yang gede eh aslinya penakut! Bjirr!!"

Darka berdecak kesal lantas pergi dari sana dan kembali ke meja makan. Amel mengikutinya dibelakang dengan tawa yang masih belum bisa ia hentikan.

"Berenti gak?"

Amel mengatur napasnya agar tawanya mereda.

"Benaran deh Dar, tadi komuk lo itu kek apa ya, gemessss bangett gue tuh sampe pengen gue cakar-cakar!" ledek Amel.

AMELDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang