25.

13.1K 751 570
                                    

7 tahun kemudian

"Ayah!"

"Apa? Jangan ganggu!"

"Ibu." Terdengar suara rengekan di ruang kerja.

"Sudah jangan nangis, Alysah mau apa kasih tau ibu."

"Alysah mau di bacakan cerita sebelum tidur, tapi ayah bentak Alysah." Sang ibu yang tidak tega melirik ke arah suami nya berharap ada rasa iba yang ia rasakan dari seorang bocah berumur 6 tahun.

"Biar ibu yang bacakan cerita buat Alysah, gimana?"

"Gak mau. Alysah bosan. Alysah ingin sama ayah."

Lelaki tersebut sudah geram mendengar celotehan dari Alysah.
"Jadi anak jangan manja."

"Ayah jahat. Alysah salah apa sama ayah?" Alysah mengusap berkali-kali bola mata nya berharap air mata akan berhenti.

"Mas, sekali ini aja turutin kemauan Alysah."

Laptop di tutup secara paksa lalu ia berdiri di depan kedua perempuan yang berada di hadapan nya.
"Jangan mimpi." Dua kata yang penuh penekanan. Lelaki ini keluar dari ruang kerja dan tidak lupa ia mengambil kunci mobil.

"Mas, kamu mau kemana? Ini sudah malam."

"Alysah bisa sendiri ke kamar? Ibu mau menyusul ayah sebentar."

"Ayah marah iya bu sama Alysah? Kok ayah bawa kunci mobil?"

"Ayah gak pernah marah sama Alysah, ayah sayang sama Alysah. Sekarang Alysah pergi ke kamar, tidur sendiri dulu ibu mau menyusul ayah."

"Iya ibu, Alysah tidur duluan." Tidak ingin menunda waktu lagi, perempuan tersebut menyusul lelaki yang sudah membuka pintu rumah nya.

Lalu di cekal pergelangan tangan menahan agar berhenti melangkah.
"Mas, kamu kenapa selalu menolak kehadiran Alysah? Dia anak kandung kamu. Darah daging kamu sendiri. Apa kamu gak kasihan Alysah selalu sedih melihat ayah nya menjauh."

"Anak? Dia anak kamu bukan anak saya. Saya hanya memberikan benih sesuai kemauan mami."

"Sayangin Alysah, mas."

"Dari awal pernikahan ini sudah saya katakan jangan pernah menuntut kalau rumah tangga kita akan harmonis."

"Astaghfirullah mas kamu kelewatan. Saya menyerahkan diri saya ke mami kamu atas kemauan saya sendiri. Apa kamu tidak mendampakan rumah tangga seperti yang lain nya?"

"Alah, lebay kamu jadi cewek. Dengerin saya baik-baik, jauhkan anak kamu dari jangkauan saya. Suruh anak kamu jangan pernah masuk ke dalam ruang kerja atau mengganggu waktu kerja  saya. Semua nya sudah saya penuhi, jangan mengharapkan kasih sayang dari saya."

Mobil merah menerobos hujan lebat yang membasahi jalanan aspal tanpa mau menoleh ke arah wanita yang telah ia nikahin selama 6 tahun ini.
"Tuhan, alasan apa lagi yang harus saya katakan ke Alysah?"

Dengar berat hati perempuan ini menutup pintu rumah nya dan mengunci, ia sudah tau suami nya tidak akan pernah pulang sampai besok sore. Winda, ibu kandung dari Alysah yang selalu memperjuangkan agar anak nya mendapatkan kasih sayang dari ayah nya sendiri.

"A-alysah?"

"Ayah masih marah ya sama Alysah?"

"Gak sayang, ayah ada urusan makanya keluar."

"Ibu gak usah bohongi Alysah lagi. Alysah sudah dengar." Alysah berlari masuk ke dalam kamar nya laly terdengar suara pintu dikunci. Winda menyenderkan tubuh nya pada dinding lalu menutup muka dengan kedua tangan nya. Tangisan Winda pecah seketika.

°°°°°

CTAK
"Sakit pa." Pensil yang berada di tangan kiri mendarat dengan sempurna mengenai ujung pelipis bocah berjenis kelamin lelaki.

"Belajar yang benar. 3+7 berapa?"

Masih di usap-usap pelipis nya.
"9 pa."

CTAK
Kali ini bukan pensil lagi melainkan penghapus.
"Rangga laporin sama oppa."

"Laporin aja kalau berani. Palingan Rangga bakal kena hukum makan telor ayam kampung seminggu."

"Gak mau! Amis!"

"Makanya jawab yang benar. 3+7 hasil nya berapa?"

"Bentar. Angka 3 di tangan kiri terus angka 7 di tangan kanan. Habis 3 itu 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Benar kan pa hasil nya 10?"

"Pintar cucu opa, keturunan oppa pintar dan genius. Jangan keturunan papa kamu pintar menyontek."

Rangga menjulurkan lidah tepat di depan muka Kevin. Sudah biasa Kevin mendapatkan tingkah laku Rangga semena-mena saat Oppa nya berkunjung.


🐛🐛🐛🐛🐛

Segini cukup atau kurang???
Next chapterrr comment 👉🏻

Zhakira (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang