Untung saja masih ada yang mau membantu mengobati luka di punggung mau pun lengan Kirana. Benar kata bibik, ini akan sangat perih kalau tidak kita tahan. Kalaupun tidak segera di obatin, akan berakibat infeksi.
"Non, kita ke rumah sakit saja. Bibik tidak tega banyak sekali non luka nya."
"Gak usah bik, nanti Jill tambah marah. Biarkan di obati seperti ini, besok sudah sembuh."
"Bibik mohon bertahan iya non."
"Doain Kirana ya bik bisa bertahan sampai akhir. Ini demi anak yang Kirana kandung."
"Maaf non lancang, sebenarnya non tadi pergi kemana?"
"Kirana periksa kandungan bik. Sudah lama Kirana gak periksa, Kirana kangen dengar suara detak jantung adek."
"Kenapa non gak jujur aja sama aden?"
"Kalau Kirana jujur pasti dilarang. Bibik tau kan terakhir kali Kirana izin mau periksa kandungan? Jill mengurung Kirana dalam kamar. Terpaksa kali ini Kirana bohong."
"Kalau butuh sesuai bilang sama bibik. Kalau gitu bibik keluar dulu ya non."
Kirana memakai kembali baju nya setelah bibik selesai mengoles betadine di semua luka. Kirana menatap pantulan cermin, melihat punggung belakang nya serta lengan nya.
"Kamu harus kuat Kirana, demi anak kamu."
Yah begitu lah Kirana, siapa lagi yang akan memberikan semangat padanya kecuali diri sendiri. Keluarga saja Kirana tidak punya apalagi teman.
Ada keinginan Kirana untuk sekedar melihat keadaan papi Vano, tapi Kirana bukan lah siapa-siapa atau pun bagian dari keluarga papi Vano. Masih pantaskah Kirana memanggil papi Vano?
"Iya ampun aku lupa masak."
Buru-buru Kirana mencepol rambut nya dan berjalan menuju dapur. Hampir saja Kirana melupakan tugas nya di rumah ini, kalau tidak bisa-bisa mertua nya bakal marah pulang-pulang tidak ada lauk.
Fokus dengan masakan nya saat ini sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuh nya. Satu persatu hidangan telah tersajikan, tinggal menunggu mertua nya pulang. Kirana harus sabar menunggu sesi makan malam sebelum semua nya lengkap di meja makan.
🐊🐊🐊🐊🐊
Disinilah Jill berada, rumah Fredy. Emosi yang di rasakan nya saat ini sudah sedikit mereda.
"Brengsek, berani nya main tangan sama perempuan. Lo gak sadar, bini lo lagi ngandung goblok. Kalau memang gak bisa di selesaikan baik-baik gak usah main kasar."
Fredy yang mendengar secara langsung pun ikut emosi. Bagaimana tidak, tingkah Jill kali ini di luar batas. Siapa saja bisa marah tapi tidak dengan main kasar
"Kalau tau, gue gak sudi bukain pintu."
Yang Fredy tau teman nya satu ini tidak pernah menyakiti perempuan manapun. Selama mengenal Jill berpacaran dengan Kirana, Fredy paham betul tingkah laku mereka berdua. Jill yang selalu curhat perihal Kirana selalu di dengar baik dengan Fredy meskipun Fredy belum memiliki pasangan.
"Mending lo pisah sama bini lo."
"Gak, akan."
"Harus. Kelakuan lo melebihi anjing."
"Kenapa lo ngegas? Gue gak minta pendapat lo."
"Tapi gue emosi. Bisa-bisa nya teman gue main kasar sama perempuan, apalagi itu bini lo. Sadar, Jill. Sebelum lo nyesel."
"Mending gue pulang. Panas kuping gue lama-lama."
Fredy tidak mungkin mencegah teman nya pulang. Jill sunguh egois, biarkan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhakira (ON GOING)
Teen Fiction🤝🏻 DIHARAPKAN MEMBACA SETELAH SHALAT 🤝🏻 "Ngapain kamu kesini?" Sarkas lelaki ini. "Aku mau---" "Buruan, gue gak ada waktu!" "Aku hamil, Jil." "Yakin banget itu anak gue." "Tapi Jil ini anak kamu." "Gue sudah bilang kita main aman. Itu uang buat...