Sudah lebih dari 5 jam semenjak Jill keluar dari rumah. Pasalnya Kirana tidak tau dimana Jill berada saat ini. Kemungkinan besar ia sedang bersama Stephanie, pacar baru nya.
Hubungan nya dengan Stephanie baru 2 bulan, Kirana yang mengetahui hanya bisa diam. Pernah sekali Kirana mempertanyakan perihal Jill dengan Stephanie, tapi yang di dapat Kirana hanya bentakan saja. Mau tidak mau Kirana menahan segala kesakitan yang di alami nya saat ini.
Belum lagi ia harus menerima tekanan batin dari mertua nya. Tidak anak tidak orang tua nya sama saja, hanya bisa menyakiti Kirana.
Jam sudah menunjukkan pukul 23.45, sebentar lagi tepat 00.00. Kirana tidak bisa menahan lebih lama rasa kantuk nya saat ini tapi kalau Kirana tidur bisa-bisa Jill akan marah besar. Terdengar bunyi klakson motor, pasti itu Jill.
Kirana menuju kamar mandi menyiapkan air hangat buat Jill mandi. Tidak lupa handuk dan baju tidur yang akan di pakai. Bertepatan dengan keluar dari kamar mandi, Jill pun masuk ke dalam kamar.
"Syukurlah kamu sudah pulang. Aku sudah siapkan air hangat buat kamu mandi."
Jill terus saja berjalan menuju nakas melepaskan jam tangan dan membuka baju nya. Di buangnya baju sembarangan lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Kirana hanya bisa menghelahkan nafas, selalu seperti ini. Memungut baju yang berserakan lalu mencuci dan menyiapkan segala keperluan nya tapi Jill tidak pernah sekalipun mengucapkan terimakasih atas apa yang Kirana lakukan layaknya sang istri.
Kirana yang merasakan badan nya sudah sangat lelah dan ingin merebahkan di kasur di urungkan niat nya setelah mendengar pintu kamar mandi yang terbuka.
"Kalau mau tidur, tidur aja gak usah nungguin gue."
Jill mengambil baju yang sudah Kirana siapkan. Kirana tersenyum meskipun hanya sebuah perhatian kecil setidaknya Jill masih peduli. Akhirnya Kirana merebahkan badan nya lalu menyelimuti sampai ke pundak.
Suara alarm dari ponsel Kirana berbunyi. Perlahan membuka mata dan mematikan alarm nya. Menoleh ke samping terlihat Jill yang masih terlelap tidur, turun dari ranjang dan menguncir rambut asal-asalan. Kirana harus segera menyiapkan makanan untuk kedua orang tua serta Jill. Para pembantu yang tadi nya bertugas memasak harus tersingkirkan dengan di gantikan oleh Kirana. Begitu juga yang bertugas untuk mencuci pakaian, semua nya harus Kirana yang mengerjakan. Hitung-hitung untuk membayar selama Kirana tinggal di rumah mertua nya.
Rumah yang masih gelap dan sepi belum ada yang terbangun, dibuka kulkas dan di ambil beberapa bahan makanan. Tidak membutuhkan waktu lama hidangan pun tersajikan. Selesai memasak, Kirana membangunkan Jill untuk segera berangkat sekolah.
Kirana menghampiri Jill yang sudah siap menghidupkan motor.
"Emm, nanti siang aku izin mau ketemu sama teman."
Sontak Jill menoleh, sejak kapan Kirana mempunyai teman? Setahu nya Kirana tidak pernah akrab kepada siapa pun.
"Terserah."
Hanya itu tanggapan dari Jill. Kirana buru-buru menyalimin sebelum Jill keluar dari pagar rumah. Tidak lama muncul lah kedua orang tua nya Jill yang hendak berangkat kerja.
"Piring-piring di cuci jangan sampai ada kotoran. Setrika yang benar, baju masih ada yang kusut. Jangan lupa ke pasar, beli bahan-bahan cek dulu di kulkas apa aja yang mau di beli. Ini uang nya."
Meskipun mertua nya cerewet dan tidak pernah mengajak Kirana mengobrol atau sekedar menanyakan kandungan Kirana, tapi Kirana senang bisa merasakan kehangatan dari mereka.
"Iya ma."
"Jangan lupa bersihin kamar kami, di kunci lagi."
"Iya ma. Hati-hati dijalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhakira (ON GOING)
Teen Fiction🤝🏻 DIHARAPKAN MEMBACA SETELAH SHALAT 🤝🏻 "Ngapain kamu kesini?" Sarkas lelaki ini. "Aku mau---" "Buruan, gue gak ada waktu!" "Aku hamil, Jil." "Yakin banget itu anak gue." "Tapi Jil ini anak kamu." "Gue sudah bilang kita main aman. Itu uang buat...