Selepas kepergian kedua orang tua nya Jill, Kirana hanya mampu menatap nanar pintu rumah nya dan marmer dengan berhamburan uang kertas dimana-mana. Hati Kirana sungguh teriris dan siapa pun tidak ingin mendapatkan perlakuan serendah ini.
Kirana berjongkok lalu memungut satu persatu uang kertas yang berserakan, merasa semua nya sudah berada di tangan Kirana, di masukkan uang tersebut ke dalam laci lemari baju nya Kirana. Seperti nya uang ini akan ia serahkan kepada Jill saja.
Merasa bosan sendirian di dalam rumah dan tidak melakukan hal penting apa pun, Kirana berinisiatif merubah suasana kamar nya. Seperti nya tidak buruk untuk hal baru.
Memasuki kamar yang sudah Kirana tempatin selama hampir 3 tahun belakangan ini, sedih bercampur senang. Kamar ini menjadi saksi bisu dengan kekasih nya, kamar ini juga memiliki banyak kenangan yang tidak mungkin Kirana lupakan. Bagaimana Jill selalu memuja Kirana dengan rayuan-rayuan maut nya.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk merubah suasana kamar yang di tempati Kirana. Meskipun merasakan sekujur tubuh nya remuk tetap saja Kirana masih semangat.
Keringat yang membasahi pelipis dan kening nya di seka dengan telapak tangan. Sedari tadi perut nya minta segera di isi tapi selalu Kirana tunda. Bukan karena males masak, tapi memang tidak ada bahan apapun yang bisa Kirana masak.
"Sabar ya nak, mama juga laper. Nanti kita sekalian makan malam, kamu pasti kuat." Di elus lah perut rata nya yang masih tertutup baju."
Kirana pun melanjutkan kembali aktivitas, menata ruang tamu. Bisa di katakan hanya ada dua kursi dan meja saja. Apa yang bisa Kirana ubah kalau cuma isi nya segini? Diputar pun tetap saja sama.
Merasa sangat haus, Kirana berjalan menuju dapur untuk mengambil minum.
"Ah lega. Baru segini aja sudah haus banget."
Menatap kembali isi rumah, seperti nya sangat menyenangkan kalau saat ini menonton tv sambil tiduran. Di ambil lah remote tv dan di hidupkan lalu mencari siaran. Tanpa terasa membuat Kirana mengantuk, rumah yang sepi dan hanya di tinggalin seorang membuat Kirana lupa bagaimana rasa nya kehangatan dari sebuah keluarga.
🐊🐊🐊🐊🐊
"Woi, punya pacar serasa jomblo banget."
"Nyindir terus."
"Ya elah, gue bukan nyindir lo pe'ak. Kayak cewek aja sensitive banget."
"Kalau bukan gue, siapa lagi goblok."
"Buset kasar amat abang ini ngomong nya. Noh sebelah lo tuh, galau sepanjang jalan kenangan."
"Harus nya lo tu bersyukur punya pacar yang sabar dan setia sama kelakuan setan kayak lo."
"Lihat kita berdua, tampang oke, dompet tebal, wajah mulus. Gak ada tuh cewek yang mau sama kita, iya gak, Tam?"
"Kita berdua ini gak seberuntung kayak lo, Jill. Dari pada lo kayak mayat hidup, merenung kerjaan nya mending lo jenguk pacar lo tuh 5 hari alfa."
"Percuma Tam lo nasihatin teman lo, kagak mempan. Buang-buang tenaga, bagi rokok 1 punya gue habis."
"Bilang dompet tebal, rokok masih minta."
Tiba-tiba saja Jill bangkit dari duduk nya
"Lo mau kemana? Main nyelonong."
"Biarin, itu efek dari pacaran. Lihat kita berdua, jomblo tapi waras. Gak usah lo tanya paling itu anak bolos."
"Lo juga sih pakek acara sindir-sindiran. Sudah tau orang galau kagak mempan di sindir, percuma. Buang-buang energi, bersyukur gue kagak ada cewek, uang gue gak terkuras habis cuy."
Jill mengambil kunci motor yang ia simpan di saku celana nya. Jam pelajaran sedang berlangsung, koridor yang sangat sepi hanya terdengar suara pantulan bola dari arah lapangan menandakan sedang berlangsung nya kegiatan olahraga. Jill mengabaikan jika sewaktu-waktu ada yang menangkap basah aksi nya saat ini.
Motor sudah di hidupkan, tinggal gimana cara nya bisa lolos dari satpam. Perlahan motor keluar dari parkiran, satpam yang mendengar suara deru mesin motor buru-buru keluar dari pos satpam dan menghalau anak yang akan membolos.
Pritttt
Satpam meniupkan peluit menandakan sang kemudi motor harus berhenti. Tanpa perlu menanyakan nama nya pun sudah tau."Aduh kamu lagi toh nak, nanti bapak kena marah, gimana?"
Membuka kaca full face.
"Gak akan ada yang marahin bapak."Sang satpam pun menimang-nimang.
"Kali ini bapak bukakan, selanjutnya jangan harap."Jill pun mengacungi jempol menandakan terimakasih telah membantu nya untuk keluar dengan mudah dari sekolah tanpa harus lompat pagar.
Tidur lelap nya Kirana terusik dengan suara ketukan pintu dari arah luar. Ogah-ogahan untuk membuka, Kirana masih mencari posisi untuk melanjutkan tidur nya yang terganggu. Rencana nya hari ini ia habiskan untuk tidur sepanjangan, malam nanti baru keluar mencari makan.
Belum sampai 15 detik suara gedoran makin menjadi, bertubi-tubi pintu di gedor dengan sangat keras. Terpaksa Kirana membuka mata nya untuk mengetahui siapa yang berada di luar sana.
"Iya sabar." Ucapnya pelan.
Dengan keterkejutan tamu yang datang barulah Kirana mempersilahkan untuk masuk. Pantes saja gedoran makin lama makin menjadi pasti Jill sudah lama menunggu untuk di bukakan pintu.
Tanpa sepatah kata Jill duduk di depan TV yang masih hidup.
"Kamu bolos lagi?"
"Mau minum apa?"
"Sepatu nya buka dulu, aku baru sudah nge-pel."
Berkali-kali Kirana mengajak nya berbicara, tapi respon yang diberikahan hanya diam. Kirana duduk di samping Jill menunggu untuk buka suara.
"Besok masuk sekolah!"
"Tapi aku belum ada uang buat bayaran SPP."
"Gue bayarin sampai lo lulus."
"Gak perlu. Aku gak mau di cap cewek matre yang mau uang kamu."
"Terus lo mau dapat uang dari mana? Jual diri?"
"Segitu hina nya aku di mata kamu. Kamu gak perlu tau aku dapat uang dari mana."
"Apa susah nya sih terima tawaran?"
"Kamu gak pernah memfikirkan aku. Orang lain menganggap aku cuma parasit pacaran sama kamu. Aku sadar, aku ini cuma cewek miskin yang beruntung bisa mendapatkan kamu."
"Terserah lo. Gue tau nya besok sudah ada di sekolah. Gue laper, buruan masak."
"Maaf, aku belum ada uang untuk belanja."
"Sok-sokan nolak tawaran gue, uang aja gak punya."
Jill pun bangkit dari duduk nya.
"Kamu mau kemana?"
"Pulang, disini gak ada yang bisa aku makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhakira (ON GOING)
Teen Fiction🤝🏻 DIHARAPKAN MEMBACA SETELAH SHALAT 🤝🏻 "Ngapain kamu kesini?" Sarkas lelaki ini. "Aku mau---" "Buruan, gue gak ada waktu!" "Aku hamil, Jil." "Yakin banget itu anak gue." "Tapi Jil ini anak kamu." "Gue sudah bilang kita main aman. Itu uang buat...