Kirana menahan air mata nya yang hendak jatuh, dari arah dapur bisa Kirana lihat langsung ke tempat dimana Jill duduk meskipun sedikit jauh jarak nya. Membuatkan minuman untuk suami dan pacar baru nya. Miris bukan. Kirana yang notaben nya istri sah saja tidak pernah di perlakukan secara lembut seperti Stephanie. Masa-masa pacaran saja Jill tidak pernah menunjukkan sisa kelembutan nya, dan hari ini Kirana di buat melongo akan sikap Jill ke wanita spesial nya.
Meskipun Kirana tidak masuk dalam kategori perempuan idaman, tapi Kirana juga manusia siapa saja ingin diperlakukan layak nya manusia. Terkadang logika, pikiran dan perasaan tidak pernah sejalan.
"Duh haus banget, mana sih minuman nya." Meskipun suara nya samar-samar Kirana masih bisa mendengar.
"Bentar." Jill bangkit dari duduk nya dan menghampiri Kirana yang masih setia di dapur.
Jill merebut sendok yang di pegang Kirana membuat gelas di depan nya tidak sengaja tersenggol. Alhasil minuman yang sudah di buat nya tumpah.
"Astaghfirullah." Pekik Kirana merasakan pecahan dari gelas menancap di kaki Kirana.
"Lelet banget. Buruan bikin yang baru."
Kirana mengangguk dan mengambil ulang gelas baru lalu membuatkan minuman lagi. Jill masih setia berdiri sambil bersedekap tangan menunggu kalau-kalau Kirana lama.
Selesai membuat minuman sambil menyediakan bolu, Kirana mengantarkan ke ruang tamu dengan Jill yang mengikuti dari belakang. Jill duduk kembali lalu Kirana balik ke dapur. Tanpa sadar Jill melihat cara jalan istri nya yang terseok-seok dengan darah yang keluar hingga ke lantai dapur.
"Ngapain kamu lihatin cewek miskin itu? Kamu suka?"
Jill menggeleng.
"Buka mulut nya, sayang."
Jill hanya menurut saja mengikuti kemauan Stephanie tapi sesekali mata Jill melihat ke arah dapur. Malam pun tiba, kedua sejoli itu entah berada dimana. Kirana saat ini sedang duduk di gazebo menikmati angin malam yang sangat sejuk. Bolehkan Kirana meminta ke mertua untuk di buatkan kolam ikan disini? Pasti tambah nyaman kalau keinginan nya terkabul.
"Iya ampun nak, kamu pengin di buatkan kolam ikan juga? Mama saranin jangan aneh-aneh minta nya, mama susah." Hanya anak nya yang bisa Kirana ajak bicara. Terkadang apa yang Kirana ucapkan mendapatkan respon dari sang baby seperti tendangan kecil.
Kirana menatap langit malam, bintang-bintang sangat bersinar dan di temanin bulan yang cukup indah.
"Somay-somay. Somay nya buk."
Meraba kantong baju nya, untung saja Kirana membawa uang 10rb. Langsung saja Kirana menghampiri tukang somay keliling.
"Pak somay."
"Pakek cabe gak dek?"
"Pakek pak 2 sendok."
"Ini dek, 5rb semua nya."
"Terimakasih pak."
"Tunggu dek, kembalian nya."
"Gak usah pak, anak nya lagi ngidam. Buat bapak saja."
"Alhamdulillah. Saya doakan rezeki adek melimpah dan bayi nya sehat."
"Terimakasih pak."
Kirana menenteng kresek lalu menutup pagar dan kembali duduk di gazebo sambil memakan somay dan tidak lupa minuman sudah di antarkan sama bibik.
Kirana terbangun di tengah malam, selalu saja mimpi buruk. Di lihatnya jam dinding masih menunjukkan jam 2.30, merasa haus Kirana keluar kamar. Baru saja hendak menutup pintu kamar, Kirana mendengar suara aneh. Suara yang sangat Kirana tau dan hafal, suara yang di timbulkan dari 2 orang. Menyusuri suara tersebut sampailah Kirana di depan pintu kamar suami nya. Entah dorongan darimana, Kirana membuka secara perlahan mengintip dari sela.
Bola mata Kirana membesar, membekap mulut nya sendiri takut-takut suara Kirana sampai terdengar. Menggigit bibir sekuat nya, menahan jutaan pisau yang menghujam dada nya. Di tutup kembali pintu, tanpa sengaja menimbulkan suara membuat kedua orang tersebut menghentikan kegiatan.
"Kenapa berhenti, Jill?"
"Pakek baju kamu."
"Ada apa sih?"
"Gue tidur sofa."
Jill sudah menutup mata nya, Stephanie pun kesal dengan sikap Jill yang tiba-tiba berubah. Toh buat apa di ambil pusing, bukannya bagus siapa pun yang melihat nya saat ini.
Seperti biasa tidak ada yang berubah di pagi hari ini, sarapan pagi sudah tersaji. Teh hangat dan beberapa buah di atas meja. Kirana juga sudah menyiapkan bubur dan susu hamil nya. Tanpa menunggu kedua orang tersebut, Kirana sarapan duluan persetan sama mereka perut Kirana sudah laper.
Jill serta Stephanie keluar dari kamar secara bersamaan, Kirana sudah melihat nya. Mereka berdua duduk di seberang Kirana. Buru-buru Kirana menyelesaikan sarapan nya dan menghabiskan susu hamil nya setelah itu di taruh nya ke dalam wastafel. Tidak mengucapkan satu kata pun Kirana pergi dari mereka berdua.
Di senggol nya lengan Jill
"Kamu kenapa? Dari semalam diemin aku.""Lanjutin sarapan nya, entar telat." Bukan Stephanie kalau tidak tau perubahan sikap yang dirasakan saat ini.
Mereka berdua menghabiskan sarapan yang telah di buat oleh Kirana, sehabis sarapan entah kemana pergi nya perempuan itu saat Jill dan Stephanie hendak keluar dari rumah tidak terlihat batang hidung nya Kirana biasanya Kirana akan mengantarkan sampai depan pintu dan mencium telapak tangan suami nya.
Bahu yang bergetar hebat dan meremas ujung baju sambil menjongkokkan badan di balik tembok gudang belakang rumah. Cuma inilah yang bisa di lakukan Kirana demi melupakan kejadian semalam. Percuma juga Kirana mengeluarkan unek-unek depan Jill, reaksi yang diberikan setelah nya sudah Kirana bisa menebak. Apa yang diharapkan dari lelaki yang tidak mau bertanggung jawab darah daging nya sendiri? Kalau pun suatu saat Jill akan menceraikan Kirana tidak masalah, masih ada penguat hidup nya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhakira (ON GOING)
Teen Fiction🤝🏻 DIHARAPKAN MEMBACA SETELAH SHALAT 🤝🏻 "Ngapain kamu kesini?" Sarkas lelaki ini. "Aku mau---" "Buruan, gue gak ada waktu!" "Aku hamil, Jil." "Yakin banget itu anak gue." "Tapi Jil ini anak kamu." "Gue sudah bilang kita main aman. Itu uang buat...