Mari kita memulai kisah mereka
Sudah siap?
Silahkan.
.Tak sampai di situ penyiksaan yang di terima oleh Kirana, baju yang sudah setengah basah akibat percikan air, belum lagi rambut panjang Kirana yang sudah basah sepenuh nya.
"Makanya jadi cewek itu penurut, jangan pembangkang. Gini nih lahir dari orang tua yang gak jelas, anak nya ikut gak jelas." Ucap Jill setelah selesai menceburkan kepala Kirana ke dalam bathtup kamar mandi nya.
Tidak ada sedikit pun rasa iba atau penyesalan yang telah dilakukan terhadap nya, lahir dan batin Kirana benar-benar terluka amat dalam mungkin sudah bernanah. Kirana bisa apa, berlari dari rumah ini pun mustahil karena penjagaan serta cctv yang terpasang di tiap sudut ruangan membuat Kirana tidak bisa berkutik. Berharap ada seseorang yang bisa membawa nya lari dari rumah medusa ini.
"Dasar cengeng, ini belum seberapa kalau lo masih buat ulah. Gue malu sama mami, lo benar dikit kek jadi cewek apa-apa harus serba bisa jangan makan aja lo bisa." Sebelum pergi meninggalkan kamar mandi, Jill pun menoyor kepala Kirana berkali-kali.
Sedari tadi tangis nya ia tahan, sebisa mungkin menggigit bibir bawah nya agar air mata tidak tumpah saat ini. Sesak, sangat sesak sekali dada nya. Di pukul berkali-kali berharap ribuan pisau yang menancap di dada Kirana akan pudar.
"Sakit ma, sakit banget. Kirana gak sanggup lagi." Begitu lah Kirana, dia sangat rapuh meskipun berdiri kokoh.
Tangan sebelah nya merapikan rambut, tak lupa tangan sebelah nya lagi membenarkan baju yang di pakai nya saat ini. Bisa di bilang penampilan nya sangat di beraturan.
Mencoba berdiri dari posisi nya saat ini.
"Aww.." tanpa sadar ada beberapa luka lebam di sekujur tubuh nya. Benar-benar lemas, untuk berdiri pun susah. Tidak ada yang berniat membantu Kirana saat ini, seakan semua menutup mata."Mau sampai kapan disana? Berdiri gak lo, gue hitung sampai 3 kalau gak gue tambahin hukuman."
"Iya sabar."
"Lama banget."
Tidak ingin membuat Jill lama menunggu, Kirana menahan rasa sakit di sekujur tubuh nya saat ini tanpa memperdulikan apa yang ia rasakan.
Hari pun tiba, hari dimana Jill dan teman-teman berangkat ke kota Bandung, semua persiapan telah Kirana lakukan dari baju, obat-obatan serta cemilan selama di sana.
"Baju gue jangan ada yang tinggal."
"Iya."
"Itu juga di masukkan, awas aja sampai lupa."
"Iya."
"Kalau gue gak ada, lo jangan berani kabur."
"Iya."
"Pokok nya kalau gue sudah pulang, lo harus sambut gue paling depan."
"Iya."
"Jangan iya-iya aja, jawab yang becus."
"Iya Jill aku ingat apa yang kamu katakan."
"Bagus, gue minta selama gue gak ada lo jangan buat ulah di rumah ini. Turuti apa kata mami gue, awas aja kalau mami gue ngadu."
"Aku berusaha sebisa mungkin gak akan membuat mami emosi."
"Tumben otak lo pintar. Ini buat lo." Tiba-tiba saja Jill melemparkan kartu ATM nya di depan wajah Kirana.
"Ini apaan, Jill?"
"Dasar bodoh, itu kartu ATM."
"Iya aku tau, tapi buat apa kamu kasih ke aku?"
"Ck, gue kasih buat lo jajan."
"Aku di izinin buat keluar?"
"Mimpi. Kemana-mana lo harus hubungi gue, awas aja sampai ke dapatan GPS."
"Aku tau."
"Buruan, bentar lagi gue berangkat. Lelet banget sih."
"Bentar lagi selesai kok, kamu sarapan dulu aja."
"Dari tadi kek suruh gue sarapan, bosan gue lihat muka lo."
Pintu kamar pun di banting dari luar, seberapa kuat nya suara hempasan pintu membuat tubuh Kirana terlonjak kaget. Di elus-elus nya perut buncit Kirana.
"Kamu jangan seperti papa kamu iya nak sifat nya, kita selalu berdua. Ada mama yang sayang sama kamu."
Di lanjutkan kembali kegiatan yang sempat terhenti lalu di masukkan parfum serta kaos kaki buat Jill sewaktu-waktu kalau dingin.
☆☆☆☆☆
"Ini pak yang bapak minta ke saya. Semua nya sudah saya masukkan se-detail mungkin. Di jamin, bapak gak akan menyesal meminta bantuan saya."
"Tanpa di minta pun saya tau hasil kerja keras kamu."
"Terimakasih pak, kalau begitu saya pamit undur dulu pak."
"Iya silahkan. Uang nya sudah saya transfer ke rekening kamu, saya tambahin 25jt buat bonus."
"Terimakasih pak."
Begitulah royal nya lelaki ini, tanpa perlu kita meminta bonus sebagai imbalan pun lelaki ini akan memberikan uang cuma-cuma.
"Kevin-kevin, sadar. Wanita bukan cuma 1 di dunia ini, hp gue aja gue download 3 aplikasi pencari jodoh. Gue gak perlu susah-sudah, tinggal chat sana-sini terus seleksi."
"Gue beda sama lo."
"Kita ini lelaki, gak ada beda nya. Yang hanya membedakan hanya otak."
"Jangan usik kehidupan gue."
"Lo itu sahabat gue dari orok, gue gak mau sahabat tercinta gue salah pilih. Ini lihat, ada Rianti, Mariam, Bella, Keysa, Anya, Fasha. Tinggal pilih bray, wanita-wanita ini di jamin mantap."
"Cukup 1 yang gue perjuangkan, dan lo beda sama gue."
"Nyesel gue ngomong panjang lebar, percuma. Otak lo cuma di isi wanita itu-itu aja. Lihat kan layar gue tertera Giandra telepon gue, secara hp mahal pasti banyak yang hubungi."
"Pergi lo!"
"Kamu jahat."
Sesudah nya tanpa di usir pun lelaki itu hendak pergi dari sana. Memang niat nya hanya ingin membuka fikiran sahabatnya agar tidak terpaku pada 1 wanita yang dari dulu ia idamkan.
Entah lah, padahal sudah banyak wanita yang ia kenalkan tetap saja tidak ada kelanjutan. Selalu mendapat kabar setelah selesai kopi darat pasti para wanita nya kecewa dengan tanggapan Kevin. Meski ia tau akan di tolak mentah-mentah tetap saja ia gigih memperkenalkan stok wanita yang ia punya.
Gila bukan, tapi yang ia lakukan hanya ingin memberikan yang terbaik untuk sahabat nya 1 ini.
.
.
.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhakira (ON GOING)
Teen Fiction🤝🏻 DIHARAPKAN MEMBACA SETELAH SHALAT 🤝🏻 "Ngapain kamu kesini?" Sarkas lelaki ini. "Aku mau---" "Buruan, gue gak ada waktu!" "Aku hamil, Jil." "Yakin banget itu anak gue." "Tapi Jil ini anak kamu." "Gue sudah bilang kita main aman. Itu uang buat...