Chika baru saja keluar dari kamar Hito. Tadi dia mengantar obat untuk kakaknya itu. Keadaan Hito sudah membaik, apalagi tadi dia berbincang dengan Jeslyn.
Sekarang menunjukkan pukul 21.00 WIB. Arya belum juga pulang. Tadi katanya pergi sebentar, tapi entah kemana.
"Tidur deh," gumam Chika yang dari tadi sudah menguap.
Chika merebahkan tubuhnya di ranjang. Menatap langit-langit kamar tersebut. Ah, sepertinya dia akan merindukan kamar ini. Suasananya, rumahnya, orang-orang di rumah ini, dan pemiliknya tentu saja.
Ia mengangkat tangannya, lalu menatap jam tangan pemberian Arya.
"Gue mau nepatin janji gue buat hilang dari pandangan lo secepatnya, Ar. Makasih buat selama ini. Semoga lo bahagia di orang yang tepat," monolognya sambil tersenyum lalu memejamkan matanya perlahan.
Samar-samar terdengar grusak-grusuk dari luar kamar Chika. Ia tidak mempedulikannya. Kantuknya ini sudah tidak bisa di cancel lagi.
Ceklek!
Chika baru saja hendak membuka matanya, namun seseorang membekap mulut dan hidungnya dengan obat bius kemudian pingsan.
-
Arya melangkah masuk ke dalam rumahnya. Tadi dia ke bar untuk menenangkan pikirannya. Membayangkan kalo dia akan berpisah dengan Chika membuatnya terasa tidak karuan.
Arya berjalan sempoyongan. Harusnya tadi dia tidak banyak minum, tapi sialnya dia tidak bisa berhenti.
Semuanya udah pada tidur? batinnya.
Ia melirik arlojinya ternyata sudah jam 00.47 WIB. Kalo ibunya masih hidup, pasti dia akan di marahi karna dia pulang jam segini dengan keadaan mabuk.
Arya duduk di sofa lalu mengecek hpnya. Ia memeriksa GPS Chika, apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.
Dahi Arya berkerut.
Dia ga di rumah? tanyanya dalam hati.
Kemudian dia ke kamar Chika untuk mengecek keberadaan gadis itu.
Tok tok tok!
Ceklek!
"Chika?" Arya mengintip ke dalam dan ternyata tidak ada Chika di sana.
Ia dengan terburu-buru mengecek kamar mandi tapi tetap saja nihil. Kemudian dia mencoba menelpon Chika, dan ternyata hpnya tertinggal.
Dengan penglihatan yang agak blur karena pusing, Arya melacak keberadaan Chika.
Setelah menemukan keberadaan gadis itu, Arya segera berlari mengambil kunci mobilnya. Mabuknya ini membuat dia agak kesulitan mengatur keseimbangan.
-
Saat ini Chika sedang berada di sebuah ruangan yang agak luas. Suasananya sesikit gelap karena hanya ada 1 lampu penerangan.
Saat ini Chika masih tidak sadarkan diri. Sekarang dia tengah di ikat di sebuah kursi usang, dan mulutnya di beri selotip.
Beberapa menit kemudian, segerombol gadis-gadis—sekitar sepuluh orang masuk kedalam ruangan itu.
Byur!
Mendapat siraman, membuat Chika langsung tersadar dan membuka matanya.
Ia menatap satu-satu orang di sana. Ia tidak mengenali siapapun di sana, kecuali ... Fania?
"Hai, Chika Hanara," sapa Fania melangkah mendekat.
Chika hanya mendelik dan menaikkan satu alisnya yang berarti sedang bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ArKa (End)
RomanceTypo bertebaran! Belum di revisi!!! "Tadi pas gue pegang lo, lo bilang bukan mahrom tuh maksudnya apa?" Mendapat pertanyaan tersebut membuat Chika menoleh dan melihat mata Arya sekilas. Entah mengapa ia tidak kuat jika harus menatap pria itu. "Itu...