Jatuh

1.6K 164 2
                                    

Masih nunggu kan?
Aku tau nunggu itu berat
Ok, langsung aja ke cerita

Happy reading sayang

***

Arya memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Mereka saat ini ada di dekat tebing yang curam. Pemandangan di sini sangat indah dan tenang. Deru angin yang lembut dan matahari yang tidak menyengat membuat suasana di sini sangat menyenangkan. Indah, indah, dan indah.

Arya memperhatikan gadis di dekatnya saat ini. Gadis itu tersenyum, bahkan beberapa kali memperlihatkan giginya yang rapi. Bibir pink mungil gadis ini tak berhenti memperlihatkan lengkungannya. Gadis ini benar-benar terpesona dengan keindahan di tebing ini. Namun bagi Arya keindahan tebing ini belum ada apa-apanya dari senyum gadis ini. Tunggu! Kenapa Arya sangat peduli dengan senyum Chika? Jangan bilang kalau... Arya menyukainya? Mungkin memang benar Arya menyukai gadis ini. Tapi ia sendiri tidak mengetahuinya. Dia masih bingung dengan perasaannya sendiri.

"Dulu waktu kecil gue sering kesini," kata Arya menghampiri Chika di pinggir tebing.

"Nggak nanya juga," kata Chika. "Becanda kali, baperan lo," lanjutnya setelah melihat wajah masam Arya.

"Dulu ini adalah tempat kesukaan gue sama mama papa," kata Arya menatap pemandang yang jauh disana.

Sedangkan Chika lebih memilih menatap pria yang berdiri di sampingnya. Tubuh tinggi Arya membuat Chika harus mendonggak untuk melihatnya. Arya terlihat sangat tampan jika di lihat dari sudut ini. Apalagi jakunnya, rasanya ah mantap. Rahangnya yang tegas membuat ketampanannya berkali-kali lipat.

"Tapi sekarang udah enggak. Sejak mama meninggal," lanjutnya.

"Sabar ya," Arya hanya mengangguk sebagai tanggapan.

"Lo kan salah satu member U-SIX, tapi kenapa lo nggak pernah latihan atau apa gitu? Dua hari ini lo di rumah terus?" tanya Chika masih menatap Arya.

"Nggak usah di bahas," kata Arya dingin. Chika yakin ada alasan kenapa Arya tidak mau membahas tentang U-SIX, entah kenapa ia tidak mau membahas itu. Mungkin suatu saat Chika akan mengetahui itu.

Hp Arya berdering. Ternyata itu adalah panggilan video call dari orang tua Chika. Ia segera mengangkatnya. Lalu terlihatlah dari dalam ponselnya mama dan papa Chika.

"Assalamu'alaikum, Chika," sapa mama papanya.

"Wa'alaikumussalam, ma, pa," balas Chika tersenyum senang.

"Loh kalian ini sedang di mana?" tanya pria yang berumur sekitar 40-an, masih terbilang muda untuk menjadi papa untuk gadis berumur 20 ini.

"Ini lagi di pinggir tebing, pa. Bosen di rumah terus," jawab Chika jujur.

"Kalian cuman berdua?" kali ini mamanya yang berbicara.

"Iya,ma,"

"Hati-hati loh sayang, kamu ini cewek dan Arya cowok, berduaan di tempat sepi tuh bisa jadi tanda tanya?" nasehat mamanya. Chika melirik Arya begitu pun sebaliknya.

"Dia nggak bisa macem-macemin Chika ma, Chika kan jago karate," Chika menyunggingkan senyum percaya dirinya.

"Tapi, kalo setan menggoda gimana?"

"Lo nggak bakal macem-macemin gue kan?" tanya Chika pada Arya membuat pria tersebut terkekeh.

"Ngapain juga gue macem-macem," jawab Arya.

ArKa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang