Ending?

1.6K 129 9
                                    

"Bang, ayo pergi. Penerbangan nanti jam 10." Chika mengusap matanya yang sembab.

"Chika, ga sebaiknya lo cancel dulu sampai besok? Lo yakin mau pergi dalam keadaan kayak gini?" tanya Jeslyn.

"Iya," jawab Chika.

"Come on, Chika. Lo punya masalah sama Arya? Kan, bisa di selesain baik-baik?" Jeslyn berusaha membujuk Chika untuk menetap malam ini.

"Masalahnya udah selesai, kak. Liat kan tadi?" tanya Chika.

"Chik, lo yakin ga ada perasaan sama Arya?" tanya Jeslyn.

Chika diam menatap Jeslyn. Ada banyak air mata yang tergenang di pelupuk matanya.

"Gue yakin lo punya perasaan yang sama. Tapi kenapa lo bilang kalo lo ga ada perasaan sama dia?" tanya Jeslyn mendesak Chika.

"Gue ga bisa ngasih dia harapan terus. Gue takut perasaan dia semakin besar dan menjadi. Cinta ini salah, kak. Lo tau kan iman kami beda? Ini salah gue. Harusnya gue ga dateng ke hidup dia," jelas Chika.

"Arya cinta banget sama lo, Chika. Bisa aja dia masuk islam demi lo, demi cinta dia," bantah Jeslyn.

"Iya mungkin dia bisa. Tapi gue ga mau jadi alesan dia meluk islam. Gue gamau dia jadi mualaf karena gue bukan karena Allah," ucap Chika.

"Ya tapi dengan lo bilang kalo lo ga cinta sama dia, lo nutup harapan buat kalian bersama." Jeslyn menatap Chika yang air matanya masih mengalir.

"Lo seneng liat Arya tadi? Lo liat betapa hancurnya dia tadi? Lo bahagia Chika?" tanya Jeslyn menghakimi.

"Nggak kak, nggak!" ujar Chika frustasi. "Tapi tolong pahami posisi gue ...," lirih Chika.

Hito merengkuh adiknya ke dalam pelukannya.

"Ceritain dek awal masalahnya," pinta Hito lembut.

Chika hanya menggeleng pelan dalam pelukan abangnya itu.

"Udah gapapa. Kasih tau aku, semalam ada apa yang Arya bilang tadi," lanjutnya.

Dengan nada berat, Chika memberitahu apa yang Arya lakukan semalam.

"Gue takut Arya ngelakuin lebih dari itu bang, kak. Arya itu manusia biasa yang punya nafsu ... Gue takut sewaktu-waktu nafsunya makin besar seiring perasaan dia yang makin dalam ... gue ga mau hal buruk antara kita terjadi," jelas Chika yang masih sesegukan.

"Argh!" Tiba-tiba Hito mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya.

"Bangsat!" umpat Hito.

Chika dan Jeslyn panik. Sepertinya gangguan mental Hito kambuh lagi. Harusnya Chika tidak menceritakannya. Hito pasti marah sama Arya karena telah melecehkan adiknya.

-

"Apa Hito telat minum obatnya?" tanya dokter yang selama ini menangani Hito. Namanya Heri.

"Ga tau, dok. Hari ini saya ga di rumah," jawab Chika menatap abangnya yang terduduk di ranjang dan menatap lurus ke depan dengan tatapan tegang. Di samping Hito ada Jeslyn yang sedang menenangkannya.

"Kamu harus lebih mengawasi Hito. Jangan juga biarkan dia berpikir terlalu keras. Itu tidak baik untuk mentalnya, kamu tau, kan?" tanya Dokter Heri.

"Iya, dok," jawab Chika.

Setelah itu, dokternya pun pergi dari apartemen itu.

Ya, saat ini Chika sedang berada di apartemen pribadi Jeslyn. Chika meminta Jeslyn untuk pergi dari Rumah Arya. Dan Jeslyn putuskan untuk membawa Chika dan Hito ke Apartemennya.

ArKa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang