Chapter 14 : Run away

31.1K 4.7K 109
                                    

Hai ketemu lagi kita, setelah dua minggu.
Btw makasih ya sudah doa dan ikut aamiinkan walaupun apa yang gua harapin Gk berjalan sesuai harapan gua but gua gak pernah nyesal karna gagal,.. next time mungkin ada yang lebih baik dari ini ya kan hahaha,..
.
.
Oke udahin basa-basi ini, enjoy the story ya guys
.
.
Btw gua boleh minta 1k-2k vote di chapter ini gak ? Pengen aja gitu,...
.
.

Mohon koreksinya kalau ada typo atau tataan bahasa yang salah.

Thanks for support and love, enjoy the story.

Reminder: POV orang ketiga akan selalu menggunakan nama Joy, dan nama Calista hanya muncul pada dialog atau POV tokoh lainnya.

.

.

Suasana mencengkam di dalam mobil yang berisi tiga laki-laki, Xion hanya bisa diam karna tak berani mengajak bosnya bicara seperti biasanya. Setelah kejadian dimana ia yang menggangu acara 'mantap-mantap' bosnya, ia hanya bicara garis besar pada Felix perihal permasalahan barang yang akan di kirim ke distrik Bellrold yang bermasalah saat kontainer terakhir mau masuk.

Sedangkan si supir juga cuma bisa diam dan mengantarkan kedua laki-laki ini ke perbatasan distrik Bellrold.

"Apa tidak bisa lebih cepat, aku harus pulang sebelum malam."

"Baik tuan."

Setelah mendapat protes dari bosnya si supir menambah laju mobil, mobil berjalan dengan sangat cepat sehingga Xion dan Felix bisa sampai di perbatasan lebih cepat, hanya satu setengah jam. Biasanya jarak antara ibu kota dengan distrik Bellrold akan memakan waktu dua setengah jam perjalanan dengan kecepatan normal.

Supir membukakan pintu untuk Felix, mobil hitam itu terparkir tepat di belakang mobil kontainer yang mengangkut narkoba terakhir yang mau di seludupkan di distrik Bellrold. Ada kendala dari Houghton sehingga kedatanga barang cukup terlambat dan baru bisa di kirim ke Bellrold minggu lalu, tapi Felix mendapat kabar kalau ada masalah dengan kontainer terakhir.

"Kau lebih baik jadi pembalap mobil dari pada jadi supir, itu lebih cocok untuk mu." Ucap Felix saat keluar mobil.

Entah itu pujian atau sindiran karna ia mengemudi dengan cepat, tapi ia yang sebagai supir tak berani untuk menjawab ucapan Felix. Salah bicara ia bisa kehilangan pekerjaan, tapi masih mending kehilangan pekerjaan dari pada kehilangan nyawanya.

Felix dengan setelah kantorannya melangkah mendekati gerombolan penjaga yang menghadang kontainer.

"Ada apa?" Tanya Felix pada supir kontainer yang menghampirinya.

"Saya sudah menyerahkan surat ijin masuk, tapi tetap tak di ijinkan masuk tuan, saya tak tau alasan mereka menahan saya dan kontainer ini." Jelas si supir.

Lalu tiba-tiba ada satu penjaga yang menghampiri mereka bertiga.

"Apa ada masalah dengan kontainer ini?" Tanya Felix.

"Apa anda yang bertanggung jawab dengan barang di dalam kontainer ini?"

"Ya."

"Kami mendapatkan kabar kalau ada penyelundupan narkoba, jadi kami berniat untuk menggeledah kontainer anda."

"Kalau hanya itu, anda bisa melakukannya sedari tadi. Jadi saya tak perlu jauh-jauh dari ibu kota ke sini hanya untuk melihat anda menggeledah isi kontainer ini."

"Kami minta maaf atas ketidak nyamanan nya, tapi memang prosedur pemeriksaan harus bersama dengan orang yang mengirim masuk barang ini."

"Kalau gitu lakukan dengan cepat, saya masih banyak urusan lainnya."

ANTAGONIST (DALAM REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang