Chapter 17 : not sorry

28.1K 4K 93
                                    

Mohon koreksinya kalau ada typo atau tataan bahasa yang salah.

Thanks for support and love, enjoy the story.

Reminder: POV orang ketiga akan selalu menggunakan nama Joy, dan nama Calista hanya muncul pada dialog atau POV tokoh lainnya.

.

.

Joy tampak diam sejenak setelah Felix melayangkan ajakan untuk bercerai. "Baik, mari kita lakukan dengan cepat."

Joy bangkit dan segera merapikan barang-barang yang ia bawa, Felix hanya memperhatikan Joy yang tengah sibuk dengan barang-barang bawaannya.

Entah kenapa ada rasa tak ingin pergi dan ada juga rasa menyesal setelah mengajak istrinya itu untuk bercerai, tapi ego di dalam dirinya berusaha untuk tak menyesali keputusannya.

Short flashback

Setelah menyelesaikan pekerjaanya Felix mematikan Ipad miliknya, "Babe, berenang yuk." Ucap Felix tapi setelah melihat ke tempat duduk yang tadi di tempati oleh istrinya dan tak menemukan perempuan itu.

"Calista."

Felix bangkit dan mencari di sekeliling kamar mereka.

"Calista!"

Akhirnya Felix keluar dan mencari keberadaan Calista di sekeliling penginapan, penginapan ini tak besar jadi tak mungkin tak bisa menemukan istrinya itu.

Karna dia datang sendiri ke sini, jadilah ia yang harus keliling mencari istrinya itu sendiri. "Permisi, apa kau melihat perempuan dengan bikini merah marun dan cardigan putih. Rambut hitam sepunggung sekitar sini."

Staff penginapan itu seperti mengingat-ngingat di mana dia melihat perempuan itu. "Bukannya dia masuk ke dalam kamarnya?"

Felix mengernyit tak mengerti kamar mana yang ia maksud. "Kamar yang mana?"

"Itu tuan, kamar nomor 014. Itu bukan kamar anda?"

Felix binggung siapa yang ada di kamar itu? Jelas-jelas ia dan Calista menginap di kamar 013.

"Siapa yang tinggal di sana? Apakah laki-laki?"

Staff itu mengangguk kemudian, tampa mengucapkan terimakasih, Felix sedikit berlari ke kamar 014.

Di depan kamar 014 ia mau langsung membuka pintu itu, tapi sialnya pintu ini terkunci. Tak pikir panjang Felix berusaha mendobrak pintu, setelah pintu terbuka pertama kali yang ia lihat adalah pemandangan istrinya dalam dekapan bawahannya.

Entah apa yang sudah mereka lakukan, Felix terlalu marah dan langsung menjauhkan istrinya dari bawahannya itu, tampa ampun Felix melayangkan pukulan pada bawahannya yang bernama Revan itu tanpa ampun sampai laki-laki itu tak sempat untuk membalas.

flashback end

Joy yang telah selesai dengan mengemas barangnya dan berganti pakaian, berjalan melewati Felix begitu saja.

Di ambang pintu Joy terdiam sejenak, "ku harap kau tak menarik ucapan mu itu." Ucap Joy lalu pergi untuk memanggil staff untuk di minta bantuan membawa Revan.

.

.

.

Semua berlalu begitu saja, setelah kepulangannya Joy dari Houghton dia langsung kembali ke rumah yang baru pertama kali ia kunjungi, rumah kedua orang tua Calista.

Tidak ada yang ia bawa kecuali barang yang Joy bawa saat berlibur ke Alona Beach.

Lalu bagaimana Revan?

Tentu saja laki-laki itu dalam perawatan, ia baru bisa keluar dari rumah sakit lusa mendatang.

Tentu saat Revan keluar, ia tetap bekerja di bawah perintah Joy dan bukan lagi Felix. Karna sudah pasti laki-laki itu tidak akan mau menerima Revan.

"Sejak awal aku yang menginginkan perceraian ini."

Wajah piasnya menatap foto yang terbingkai indah di kamar lama milik Calista.

Foto dimana Calista sedang duduk di atas rumput hijau sampul tersenyum, senyuman benar-benar menggambarkan kalau ia bahagia saat itu.

"Apa ini perasaan mu? Kenapa harus aku yang merasakannya? Ini sakit, sangking sakitnya aku kesulitan untuk bernafas sekarang."

Joy memegang dadanya, mengusapnya pelan dan sesekali meremas baju nya seakan-akan berharap rasa sakit itu dapat di salurkan.

"Kau benar-benar mau menyiksa ku? Kenapa kau bisa-bisanya mencintai laki-laki jahat seperti itu, dia itu bodoh Calista! Kau tau dia menampar ku tanpa bertanya baik-baik pada ku lalu setelah itu ia memaki ku! Mengatakan kalau aku seorang jalang."

Di ruang kosong itu tanpa suara, Joy menghela nafas beratnya.

"Lis, aku dan Felix akan bercerai. Keinginan ku akhirnya terwujud."

Joy tiba-tiba tersenyum masam.

"Calista, apa aku harus membiarkan diriku hamil anaknya atau berusaha untuk tidak memiliki anak darinya ? Aku bimbang. Awalnya aku memang berniat untuk mencegah kehamilan ku ini, aku tak tega kalau nanti anak yang lahir harus hidup di lingkungan yang tidak baik. Tapi kali ini aku ragu."

Tangannya memegang perut datar itu.
"Sebenarnya aku tak yakin akan langsung hamil , ku rasa tidak ada salahnya jika aku hamil. Aku bisa merawatnya sendiri, membesarkannya dengan lingkungan yang baik, bukankah itu bagus."

Sedari tadi ia terus menatap foto itu, meski Joy sadar tidak akan ada jawaban dari benda mati itu.

Joy tersenyum sangat lebar sambil menatap foto Calista, sebelum akhirnya ia beranjak untuk tidur.

TBC

Sengaja pendek chapter sebelumnya dah panjang dna chapter Minggu depan juga bakal panjang kok tenang aja,..

Akhirnya selesai ya 5 chapter, jadi gantian buat nyelesaikan 5 chapter i'm the real Villain,...

Sampai ketemu di Minggu depan hari Sabtu-Minggu

ANTAGONIST (DALAM REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang