PART 8 | FITNAH

49 8 11
                                    

Haii!! Siapa yang kaget pas dapet notif cerita ini update lagi??

Gimana reaksi kalian pas tau cerita ini update lagi?? Seneng nggak??

Siapa yang udah penasaran banget sama part ini??

Siapa yang udah siap banget buat baca part ini??

Siapa yang udah siap menguras emosi di part ini??

—Happy Reading!!—
✨Selamat hari minggu dan jangan lupa vote & komennya di part ini✨

***

“Nggak usah ditanya, Kak. Saya saksi matanya. Dia yang nyelengkat kaki Kak Sila sampe jatuh. Hukum aja udah, Kak, hukum!”

—Tia Nataya

***

SEPERTI KEMARIN, Killa di antar papanya ke sekolahnya—SMA Brisma menggunakan mobil sedan berwarna hitam. Kali ini, Killa sampai di sekolah pukul 06.55 WIB, karena hari ini dia sedikit kesiangan. Kini Killa mulai tersenyum seraya menghela napasnya. Dia sudah memakai nametag berukuran 30 x 25 cm yang berlapiskan kertas karton putih serta foto yang tertempel di sana. Tak hanya itu, di nametag itu juga tertera nama dan asal sekolah SMP Killa.

Killa mulai melangkah masuk ke dalam koridor sekolahnya. Semua orang tampak ramai berlalu lalang untuk memasuki lingkungan sekolah ini. Killa berjalan di antara kerumunan dengan hati-hati dan penuh sopan santun. Tak jarang jika ada seseorang yang menghalangi jalannya, dia mengucapkan, “Permisi.”

Hingga akhirnya, tiba-tiba dari arah belakang, seseorang berlari dan menerobos kerumunan seenaknya. Orang tersebut tampak mengucurkan keringatnya dan menabrak orang-orang yang menghalangi jalannya dengan risleting tas yang masih terbuka. Pada saat orang tersebut menabrak Killa secara tak sengaja, satu buku orang tersebut jatuh ke dekat Killa. Killa masih tercengang karena terkejut akan hal tadi. Killa hampir saja terjatuh karena tabrakan orang tersebut. Dan perlu kalian ketahui, Killa tak melihat siapa orang yang tadi menabraknya.

Killa masih mengontrol rasa keterkejutannya. Bahkan wajahnya mulai pucat karena hal ini. Killa mulai menepi ke sisi kiri koridor, setelah dia mengambil buku yang terjatuh itu. Killa mulai membaca label nama yang tertera di sampul coklat buku tersebut.

Aris Aldiansyah, kelas sebelas mipa lima, pelajaran matematika? batin Killa seraya mengernyit.

Jadi? Orang yang tadi menabraknya Aris? Aris seniornya itu? Killa rasa, iya. Sebab tak mungkin jika orang tadi bukan Aris, namun buku yang dijatuhkan adalah buku tulisnya Aris.

Killa mulai menghela napasnya panjang. Meskipun Killa sudah mengingatkan Aris untuk menutup risleting tasnya kemarin, hari ini Aris tetap membiarkan risleting tasnya terbuka. Untung saja buku ini jatuh di dekat Killa, jika tidak? Bagaimana nasib Aris selanjutnya?

“Kayaknya aku harus balikin buku ini ke kelas Kak Aris sekarang,” gumam Killa pelan. Namun, ketika dia baru melangkah satu kali, tiba-tiba bel masuk pun berbunyi. Membuat Killa menghela napasnya panjang.

“Kayaknya buku ini aku balikin pas istirahat aja nggak papa,” gumam Killa sambil menggigiti bibir bawahnya sejenak. Kemudian dia mulai terkesiap untuk memasukkan buku tersebut ke dalam tasnya.

Killa, Luka, dan Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang