PART 21 | MUNGKIN DIA LEBIH PENTING

40 11 6
                                    

Hai! Ada yang nungguin cerita ini update lagi??

Gimana reaksi kalian pas dapet notif cerita ini update di siang hari kayak gini??

Siapa yang nggak sabar buat baca part ini?
Siapa yang udah siap baca part ini?
Siapa yang siap menguras emosi di part ini?

—Happy reading—
✨Jangan lupa vote, komen, dan share ceritanya ke temen-temen kalian!✨

***

“Kalo kamu merasa dia lebih penting, yaudah, nggak papa, anterin dia aja. Aku bisa pulang sendiri, entah naik ojek online atau sejenisnya.”

—Killa Putri Amalia

***

KILLA mulai merapikan alat-alat tulisnya ke dalam tasnya. Bel pulang sekolah berbunyi sepuluh menit yang lalu, sehingga suasana kelasnya saat ini benar-benar sepi dan hanya sisa dirinya di dalam kelas. Killa mulai menghela napasnya. Untungnya, tadi saat dia masuk ke kelas setelah bel berbunyi—guru pelajaran matematika peminatan telah ada di kelas, sehingga dia tak perlu memanggilnya ke ruang guru tadi. Saat ditanyakan alasan Killa terlambat masuk kelas, Killa beralasan bahwa dia baru saja pergi ke toilet. Meski kenyataannya tak seperti itu.

Killa mulai bangkit berdiri. Gadis itu terkesiap melangkahkan kakinya, hingga akhirnya melihat sosok Tia dan Silvia yang masuk ke kelas dan mendekatinya. Killa menegukkan salivanya. Gadis itu memundurkan langkahnya ke belakang, hingga akhirnya punggungnya terbentur tembok. Killa menatap Tia dan Silvia takut. Sementara Tia dan Silvia menatapnya tajam.

“Kil, lo bisa, nggak, sehari aja nggak usah bikin ulah?! Udah caper, centil, tukang drama, sok kepinteran lagi. Ngapain, sih, elo manggil guru segala?! Emang ada untungnya bagi kita apa? Tersiksa malah iya.” Tia mulai melipat kedua tangannya di depan dadanya.

“T—tia, a—“

“Tau, nggak, sih, Kil? Tadi Hanif sampe emosi pas denger elo dibentak sama diusir Brandon dari kelas. Dan, lo tahu? Gue langsung nolongin Hanif pas mau ditonjok sama Brandon, alhasil gue yang kena pukulannya. Gue heran, deh, Kil, kenapa, sih, dua cowok mau deket sama elo? Pertama Hanif, terus kedua, senior elo? Lo pake pelet?” ketus Tia menyela ucapan Killa.

Killa dengan cepat menggeleng. “A—aku nggak pake pelet atau semacamnya. A—aku—“

“Halah! Bohong! Pasti elo pake pelet, kan?! Lagian mana ada, sih, cowok yang emosi segitunya pas tau lo dikasari sama orang lain?!! Apalagi, elo, kan, cewek sederhana, bukan dari keluarga terpandang! Mana mungkin kedua cowok itu deket-deket elo tanpa pelet!” ketus Silvia menyela ucapannya Killa.

“Nggak ada yang pake pelet, Silvia, Tia. Kalian masih berani, ya, ngebully Killa?” Suara itu membuat Silvia dan Tia menegukkan salivanya. Kemudian dia menoleh ke arah belakang. Menatap orang tersebut dengan tatapan terkejut. Sementara Killa, gadis itu menghela napasnya bergetar, karena Tuhan masih membiarkan ada yang menolongnya saat ini.

***

“Heh, Shin! Sini lo!” Kiara menarik paksa Shinta yang duduk di kursinya—sedang membereskan peralatan tulisnya. Hal tersebut membuat Shinta refleks bangun dan mengikuti langkah Kiara yang menuju keluar kelas.

Killa, Luka, dan Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang