PART 1 | TATAPAN PERTAMA

187 22 35
                                    

Hai!! Siapa yang nungguin update part satu Killa, luka, dan cinta??

Kalian bener-bener semangat banget, yaa, selesaiin target di prolog buat aku update sebelum hari Sabtu Minggu ini:>  makasih banyak atas antusias kalian di cerita ini 🙌🏼

Siapa yang udah penasaran banget sama part ini??

Siapa yang udah siap buat baca part ini??

—H A P P Y  R E A D I N G—
Jangan lupa baca, vote, komen, dan share ceritanya ke temen-temen kalian 🖤

***

“Tatapan pertama itu sejujurnya sangat berarti untuk memulai semuanya.”

—Killa Putri Amalia

***

TIDAK ADA yang istimewa dari seorang gadis seperti Killa Putri Amalia—yang mengidap penyakit anemia aplastik. Killa mengidap penyakit anemia aplastik sejak kelas 8 SMP. Perlu kalian ketahui, anemia aplastik adalah salah satu anemia yang paling berbahaya—karena pada kondisi ini, sumsum tulang pengidap anemia aplastik tidak bisa memproduksi semua jenis sel darah baru dengan jumlah yang cukup. Salah satu cara penyembuhan anemia aplastik yang katanya ampuh hanya dengan cara operasi transplantasi tulang. Namun untuk melakukan operasi tersebut, kedua orang tua Killa harus bekerja lebih keras lagi untuk mampu membayar biaya operasi yang lumayan mahal.

Killa sendiri tidak terlalu berharap pada hidupnya sendiri. Hal itu dikarenakan Killa tahu, bahwa kemungkinannya untuk berumur panjang sangatlah tipis. Killa benar-benar meratapi dirinya yang seperti ini dengan sendu.

Killa memiliki dua adik laki-laki, yakni Fero Ardian dan Bagas Darmawan. Keduanya sangat baik dan peduli pada kondisi Killa. Bahkan mereka sering menyemangati Killa yang hampir menyerah menjalani hidupnya sendiri.

Fero Ardian—cowok berusia 13 tahun yang duduk di kelas 7 SMP. Dia sekolah di SMP Kencana—sekolah menengah pertama tempat Killa dulu. Hari ini juga merupakan hari pertamanya Fero di sekolah barunya.

Bagas Darmawan—cowok berusia 10 tahun yang duduk di kelas 4 SD. Dia bersekolah di SD Primata. Ya, sesuai namanya, Bagas memiliki sikap baik dengan kedermawanannya. Dia selalu memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan bersama kedua kakaknya.

Sekarang Killa dan kedua adiknya tengah duduk di dekat meja makan bersama sang ayah. Killa menyadari mamanya tidak ada di dekatnya. Mungkin mamanya telah pergi pagi-pagi ke luar kota untuk urusan pekerjaannya.

“Pa, Mama udah pergi, ya?” tanya Killa memastikan. Menatap papanya yang mulai menyendokkan nasi putih ke piringnya.

Rafi menghela napasnya panjang. “Iya, Killa. Tadi Mama kamu berangkat jam lima pagi,” ucapnya seraya mulai menyendokkan sayur bayam ke piring Killa.

“Pa, udah jangan banyak-banyak sayurnya, Killa nggak suka sayur,” protes Killa halus, begitu melihat papanya telah menyendokkan banyak sayur bayam ke piringnya. Hal itu dikarenakan Killa tidak terlalu suka dengan sayur. Entah karena apa, Killa tidak menyukai sayur.

Rafi kembali menghela napasnya. “Kamu, kan, anemia, Killa. Kamu harus makan sayur-sayuran, supaya anemia aplastik kamu itu nggak terlalu parah, Killa,” ucap Rafi memberi tahu. Membuat Killa menghela napasnya.

Killa, Luka, dan Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang