PART 13 | KILLA YANG BERHARAP

57 10 13
                                    

Haii!! Siapa yang lagi nungguin cerita ini update??

Gimana reaksi kalian pas tau cerita ini update lagi??

Siapa yang udah siap baca part ini??
Siapa yang udah siap menguras emosi di part ini??

Sebelum membaca, jangan lupa vote, yaa. Komen & share ceritanya ke temen-temen kalian, jika berkenan, yaa!!

Selamat malam minggu!

—Happy reading!—

***

“Aku berharap, agar suatu hari, kamu bisa menyadari perasaan yang aku punya, sejak pertemuan kita.”

—Killa Putri Amalia

***

KALAU dipikir-pikir, Sila akan semakin benci dengan Naya. Sila selalu kesal dengan kehadiran Naya yang mengganggu keperluannya. Naya di mata Sila itu terlalu mencari perhatiannya Yusuf, manja, dan genit. Sila tak mengerti kenapa Naya seperti itu. Ditambah lagi, sekarang Sila duduk di belakang mereka berdua di dalam mobil sedan abu-abu Yusuf.

Sila hanya bisa memendam kekesalannya sejauh ini. Yusuf dan Naya tampak asyik mengobrol, tanpa memedulikannya sama sekali. Sila bersumpah dalam hati, jika Naya berani merebut Yusuf darinya, maka Sila akan melabraknya. Sila benar-benar takut hal itu akan terjadi.

Untuk saat ini, Sila tak hanya kesal dengan Naya, melainkan dengan Yusuf juga. Yusuf yang menyuruhnya duduk di kursi belakang mobilnya, dibanding duduk di sebelahnya. Sila merasa Yusuf semakin membela Naya. Tapi dia hanya bisa bersabar dan bersabar, meski hatinya sangat-sangat panas.

“Yusuf, gue duduk di depan sama elo, ya?? Biar sepupu elo yang nyebelin duduk di belakang,” ucap Sila begitu dia, Yusuf, dan Naya sudah sampai di parkiran sekolah. Yusuf mulai menatapnya sejenak seraya menghela napasnya.

“Eh?! Nggak, nggak!! Gue nggak mau di belakang! Lo aja yang di belakang! Di mana-mana, hubungan sepupu itu lebih deket, jadi gue harus di depan sama Yusuf!” ucap Naya ketus. Membuat Sila menoleh ke arahnya.

“Heh! Nggak ada hubungannya ke situ?! Lagian kalo ada hubungannya, masih berhak gue yang duduk di sebelah Yusuf di banding elo, nenek lampir berwajah cakep!” ucap Sila dengan sedikit penekanan.

Yusuf menghela napasnya. “Udah, udah. Naya duduk di depan sama gue. Sila, elo duduk di belakang. Ngalah, nggak papa, kan?” tanya Yusuf seraya mengangkat sebelah alisnya.

Sila memutar bola matanya malas, kemudian mengangguk. “Yaudah, terserah,” ketus Sila.

“Suf, inget, nggak, dulu pas masih SD, elo suka banget sama donat coklat juga. Bahkan hampir setiap weekend kita ke mall, elo selalu minta beliin donat coklat sama nyokap gue??” tanya Naya seraya menoleh ke arah Yusuf sambil tersenyum.

“Inget, dong. Gue emang suka sama donat coklat. Lapisan coklatnya enak banget. Nanti kita mampir dulu ke toko donat itu mau nggak? Tapi, masih ada nggak, ya, toko donat di mall itu??” tanya Yusuf seraya menoleh sejenak ke arah Naya.

Uhm, kayaknya ada. Kita liat aja nanti. Satu mall ini, kan, sama toko buku?” ucap Naya yang mendapat anggukan dari Yusuf.

Killa, Luka, dan Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang