Haii! Ada yang lagi nungguin cerita ini update lagi??
Gimana reaksi kalian pas tau cerita ini update lagi??
Jam berapa di daerah kalian pas baca part ini??
Siapa yang udah siap banget buat baca part ini??
Siapa yang udah siap menguras emosi di part ini??
—Happy reading!—
✨Jangan lupa baca, vote, komen, dan share ceritanya ke temen-temen kalian, yaa!!✨***
“Apa pun lukanya, mungkin aku bisa atasi dengan tersenyum. Tersenyum untuk luka, mungkin bisa membuat diri sendiri tegar secara perlahan, meski rasanya sangat sakit dan pedih.”
—Killa Putri Amalia
***
KEESOKAN HARINYA, Killa telah bersiap dari jam enam pagi. Dia telah membuat sarapan untuk kedua adiknya, yakni nasi goreng. Sekarang ini, dia dan kedua adiknya tengah makan di meja makannya. Sesekali, Killa melirik ke arah Fero yang tampak makan sambil bermain game di ponselnya.
“Fer, kamu nggak bisa makan dulu, terus baru main game?” tanya Killa seraya memasukkan sesuap nasi gorengnya, lalu mengunyahnya.
Fero menghela napasnya, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Killa. “Emang kenapa, sih, Kil? Gue lagi menikmati masa-masa luang, nih. Kan, di sekolah nggak boleh bawa ponsel,” sahut Fero yang kemudian kembali memfokuskan pandangannya pada layar ponselnya.
Killa menghela napasnya berat. Kemudian tangannya terulur mengambil ponsel Fero secara paksa. Hal tersebut membuat Fero terkejut, sementara Bagas hanya bisa diam melihat keributan kecil ini.
“Ah, Kil, siniin ponsel gue,” ucap Fero merengek layaknya anak kecil. Membuat Killa berdecak kesal.
“Nggak, Fer! Abisin dulu makannya, jangan main ponsel terus. Liat, tuh, piring kamu masih banyak nasi goreng, piring kakak sama Bagas udah tinggal sedikit. Kita harus berangkat secepetnya, Fer, sekarang udah jam enam lewat lima belas menit, lho,” kata Killa dengan sedikit penekanan, seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku kemeja batik sekolahnya. Pagi-pagi seperti ini, dia sudah tersulut emosi oleh kelakuan adiknya yang satu ini.
Fero mendengkus. “Iya, iya, ratu hantu, bawel banget,” sahut Fero sambil memakan sesuap nasi goreng dan mengunyahnya dengan kesal.
Killa menghela napasnya pendek. “Apaan kamu bilang?! Kamu ini dari kemarin bikin kakak sewot terus, sih?!” ketus Killa.
Fero terkekeh pelan, tanpa rasa bersalah sama sekali. “Biarin. Lagian, itu muka kayak hantu. Pucet banget dari kemarin. Lo kenapa, Kil? Anemia aplastik elo yang ngebuat lo kayak gini? Mending, kalo lo drop, nggak usah sekolah dulu,” sahut Fero. Membuat Killa menghela napasnya panjang.
“Fer, aku—“
TING!
Killa menghentikan ucapannya begitu mendengar notifikasi pesan dari ponselnya. Killa mulai merogoh saku roknya, lalu mengeluarkan ponsel miliknya. Jantung Killa berdebar kencang begitu membaca notifikasi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killa, Luka, dan Cinta [TERBIT]
Teen Fiction•Terbit di Penerbit Prospec Media pada bulan Februari 2022• *** [SPIN-OFF HEARTACHE, I'M (NOT) FINE, DAN LOST MY EUPHORIA] *** ⚠️ SEBAGIAN PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN⚠️ *** #4 ALASKAR ••Disarankan membaca Novel Heartache, I'm (Not) Fin...