PART 25 | AIR MATA DAN EUFORIA

43 8 5
                                    

Haii! Ada yang lagi nungguin notifikasi update cerita ini??

Gimana reaksi kalian pas tau cerita ini update lagi??

Satu sampai lima kata buat part ini kalian baca?

Jam berapa kalian baca part ini??

Sebelum baca, jangan lupa vote, yaa. Jika berkenan komen & share juga ceritanya ke temen-temen kalian!

—Happy reading—

***

“Lo tau nggak, sih, Kil? Yang caper, bakal kalah sama yang famous. Yang sok perhatian, bakal kalah sama yang selalu perhatian. Dan yang biasa-biasa aja itu akan kalah sama yang cantik. Jadi, kesimpulannya, jangan ngarep Aris bakal suka sama lo.”

—Kiara Anggraini

***

“Ris, Killa ternyata punya penyakit anemia aplastik. Itu jenis anemia yang berbahaya karena menyerang sumsum tulang belakang yang memproduksi sel darah. Kalo dia nggak segera dioperasi transplantasi sumsum tulang belakangnya, jangka hidupnya nggak bakal panjang.”

MATA Aris memanas begitu mendengarnya. Keringatnya bercucuran deras dari wajahnya dalam waktu sekejap. Sekujur tubuhnya bergetar seiring dia mulai lemas karena mendengar hal tersebut. Aris mulai terduduk lemas di kursinya. Sementara teman-temannya yang mendengar hal ini, mulai mengernyit atas ucapan Sila.

Aris mulai mendongak ke arah Sila. “Lo yakin, Sil? Lo tau dari mana?” tanya Aris bergetar.

Sila menghela napasnya bergetar. Rasa sesak itu kembali hadir dalam dirinya Sila. “K—killa yang bilang sendiri, Ris, ke gue. Kalo dari gejala yang dia alami, emang bener, itu gejala yang dipunyai pengidap anemia aplastik,” lirih Sila bergetar. Membuat Aris mengusap wajahnya pelan.

Sementara itu, Yusuf diam-diam memerhatikan Sila dari tempatnya—di belakang tempat duduk Devano dan Aris. Yusuf menghela napasnya panjang. Dia menatap Sila intens. Gadis itu tampak tak acuh dengan kehadirannya, setelah keributan tadi. Yusuf masih tidak mengira jika Sila bisa memutuskan pdkt-nya secepat ini.

Aris mulai menghela napasnya bergetar. “Terus, sekarang gimana?” tanya Aris.

“Di—dia harus segera dioperasi, Ris. Biaya operasi transplantasi sumsum tulang belakang juga nggak murah. Biayanya kisaran satu miliar ke atas,” sahut Sila lirih.

Aris menghela napasnya panjang. Dia mulai mengusap wajahnya. “Oke. Gue yang biayain operasi Killa pake uang orang tua gue. Dia harus dioperasi secepetnya. Gue nggak mau kehilangan dia. Nggak mau,” kata Aris lirih.

“Gue juga nggak mau kehilangan dia, Ris. Tapi gue nggak bisa bantu, soalnya nyokap sama bokap gue belum kirim uang buat bulan ini. Uang gue sisa sedikit,” ujar Sila. Membuat Aris menganggukkan kepalanya.

“Gapapa, Sil,” ucap Aris sambil tersenyum tipis ke arahnya.

Sila mengangguk. “I—iya. Kalo gitu, gue mau ke ruangan OSIS dulu, ya, ada urusan,” katanya. Membuat Aris mengangguk. Setelah itu, Sila berlalu dari hadapannya—menuju keluar kelas.

Killa, Luka, dan Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang