Happy Reading ❤
***
Kurang lebih satu setengah jam setelah menempuh perjalanan dari Surabaya menuju Jakarta, akhirnya Andra sampai di bandara Soekarno-Hatta pukul 12:46, saat matahari sedang terik-teriknya. Cowok itu lalu mengambil handphonenya yang berada di saku untuk mengabari Mamanya jika dia sudah sampai.
Akhirnya hari dimana dia bisa kembali pulang ke Jakarta tiba juga. Ada yang bilang jika senyaman-nyamannya kamu berada di suatu tempat, suatu saat juga kamu pasti bakal rindu kampung halaman. Dan itu benar. Nyatanya Andra sangat merindukan Jakarta––tempat kelahirannya sekaligus tempat dimana dia dibesarkan. Ada banyak hal sebenarnya yang Andra rindukan disini, salah satunya adalah sang Mama.
Tiba-tiba Andra teringat kejadian sebelum dirinya berangkat tadi, tepatnya saat Sandi dan Galah mengantarnya. Tadi Sandi tuh sempat mewek tapi bukan karena ditinggalkan oleh Andra melainkan kabar menikahnya sang Cece yang membuat hati Sandi potek. Sandi memang dulu sempat naksir Kakak sepupunya itu, sayangnya sahabatnya itu ditolak dengan alasan perbedaan umur keduanya yang terpaut 5 tahun. Tadi sebelum Andra pergi Sandi titip salam untuk Cecenya begini; “Dra, nanti bilangin ke Cece lo, ya, dapet salam dari Sandi, satu-satunya cowok ganteng yang pernah dia tolak. Terus sampein do'a gue juga ke dia, supaya dia bahagia dengan pilihannya. Kalo nggak bahagia suruh bilang gue, biar gue maju. Gue siap kok nunggu jandanya.” Andra jelas auto menampol kepala temannya yang sengklek itu.
Tiba-tiba mata Andra tidak sengaja bersirobak dengan wanita yang tengah berdiri seraya tangannya bersendekap di dada. Tanpa berpikir panjang lagi ia segera menghampiri wanita itu dengan senyuman yang merekah.
“Mamaaa!” teriak Andra seraya memeluk wanita itu yang tampak kaget.
“Maaf, lo siapa?” tanya wanita.
Andra lantas melepas pelukannya dan menurunkan sedikut kacamatanya takut jika dia salah melihat dan memeluk orang lantaran matanya tadi tertutup oleh kacamata hitam. Namun, setelah menatap wajah wanita itu Andra tidak salah kok. Wanita ini adalah Jihandra Mahadirja––Mamanya. Ah, Andra tidak kaget, sih. Ini, kan, memang sudah menjadi kebiasaan Mamanya.
“Ish, sok nggak kenal lagi sama anaknya,” bibir Andra mencibik.
“Anak yang mana? Sorry, gue nggak punya anak. Gue masih perawan ting-ting.”
Sabar-sabar. Tahan Andra nggak boleh emosi, gimana pun dia mak lo. Yang ngelahirin dan ngerawat lo dari bayi sampe jadi bujang. Nggak papa lo nggak diaku anak. Sekarang jamannya emang kebalik, orang tua yang durhaka sama anak, bukan anak yang durhaka sama orang tua.
“Maaf juga, kayanya saya salah orang. Mama saya itu orangnya cantik mirip artis korea Song Hye Kyo. Pantesan pas pertama lihat Andra tadi saya sudah ragu sebenarnya kalo Anda Mama saya,” ucap Andra yang sontak langsung mendapat sentilan keras di kening dari Jihan. Tak cukup itu Jihan juga langsung menjewet telinga Andra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Untuk Alandra
Teen FictionKata orang, ketaatan suatu hamba akan terlihat ketika dia diuji antara harus memilih Sang Pencipta atau ciptaan-Nya. Aku tidak pernah mengelabuhkan cinta, karena aku tahu, cinta adalah luka. Lalu sebuah cahaya datang. Dia membawa sinar terang bender...