[4] Terpanah

90 22 18
                                    

“Tuhan memang selalu bersama umat-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuhan memang selalu bersama umat-Nya. Hanya saja terkadang kita umat manusia yang sering lupa kalo ada Tuhan disetiap hembusan napas kita

Happy Reading ❤

***

"SAAAN! GAAAL!"

Andra membanting tudung saji di atas meja dapur, lalu berjalan tergesah-gesah menuju ruang tamu. Sandi yang tengah bermain game dan Galah yang tengah rebahan di atas karpet berbulu lantas melonjak kaget mendengar teriakan Andra yang menggema ke seluruh menjuru kontrakan.

"Sialan! Siapa yang ngambil nasi padang gue, yang gue taroh di bawa tudung saji tadi?" seru Andra ketika ia sudah sampai di ruang tamu. Ia menatap kedua temannya. "Lo, Gal?" tuduhnya pada Galah.

Galah yang dituduh lantas bangun dari rebahannya. "Lo nggak lihat? Gue baru aja pulang pengajian dari masjid dan belum masuk ke dalam. Gimana bisa gue makan nasi padang lo?"

Andra ganti menatap satu lagi teman sekontrakannya itu. Sedangkan Sandi hanya cengengesan memasang tampang tak berdosa. "Udah gue duga pasti biang keroknya elo." Ia melipat lengan bajunya sampai sebatas siku, lalu menarik kerah baju Sandi. "Kurang ajar lo, San. Berani-beraninya lo makan nasi padang punya gue."

"Sorry, Dra. Abis gue lapar banget."

"Lapar-lapar. Kalo lapar ya beli makan atau masak gitu, jangan makanan orang lo embat."

Andra menatap Sandi tajam. Pasalnya itu nasi padang ia beli sesaat sore tadi, dan rencananya akan ia makan sepulang rapat, jadi ia simpan di meja makan. Namun, betapa terkejutnya cowok itu mengetahui nasi padang pembeliannya sudah raib tidak ada disana. Andra bisa saja membeli lagi. Tapi masalahnya nasi padang Bu Yanti itu terkenal enak. Andra sampai harus mengantri lama saat membelinya tadi. Dan kalau sekarang ia beli lagi, bisa-bisa Andra pingsan saat sedang mengantri lantaran tidak kuat menahan lapar.

"Balikin makanan gue Sandi password terkampret!" bentak Andra menuntut.

"Boleh. Tapi dalam wujud berbeda ya. Kalo nggak muntahan ya tai. Mau lo?" balas Sandi membuat Galah lantas menabok muka cowok itu dengan bantal sofa.

Andra melotot, lalu kembali mengeplak muka Sandi. "Gue nggak mau tau, pokoknya lo harus balikin itu nasi padang gue dalam bentuk seperti semula!"

"Yaudah. Yaudah. Besok pagi gue beliin lagi dah."

"Gue lapernya sekarang, setan!" sarkas Andra. "Bisa-bisa gue pingsan kalo harus nahan laper sampe besok pagi."

Andra benar-benar murka. Ini bukan pertama kalinya Sandi memakan makananannya. Setiap Andra menyimpan makanan di meja dapur atau di lemari pendingin, selalu saja diambil oleh Sandi. Kadang Andra bingung harus menyimpan makanan dimana supaya tidak diambil oleh teman laknatnya itu. Kalau Galah sih, Andra tidak terlalu khawatir lantaran Galah tidak mungkin melakukan hal sekeji itu.

Cahaya Untuk Alandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang