[14] He is back!

23 5 2
                                    

Happy Reading ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading ❤

***

Seberapa kali Zahra meyakinkan dirinya untuk melangkah masuk, sebanyak itu pula hatinya menghardik untuk tidak bertindak bodoh. Namun, Zahra ingin apa yang ia harapkan menjadi kenyataan.

Andra yang sedaritadi berjalan di depan lantas berhenti mendapati Zahra malah berdiri mematung bukannya berjalan.

“Loh, kok malah berhenti, Ra?” tanyanya.

“Aku ... ragu, Kak.”

“Ragu kenapa?”

Zahra terdiam sejenak lalu berbalik badan. “Ah, aku nggak mau, Kak. Kamu aja yang masuk sendiri.”

Andra lantas segera menghadang Zahra. “Kok nggak mau, sih? Katanya iya pas gue tanya kemarin.” Dari nada pengucapannya, ia tampak kecewa. Padahal dia sudah antusias sekali seharian ini lantaran katanya Zahra mau memperkenalkannya dengan sesuatu yang mungkin setelah ini akan merubah dirinya menjadi yang lebih baik.

“Ya Allah aku harus bagaimana? Kemarin aku sudah yakin untuk membantunya, lantas sekarang mengapa aku ragu?” ucap Zahra dalam hati.

“Zahra? Why? Kenapa lo tiba-tiba berubah pikiran gini?”

Zahra menggeleng. “Aku nggak tau, Kak. Aku ngerasa kayak di hati aku ada yang ngelarang buat ngelakuin ini.”

“Tapi gue bener-bener serius kemarin,” ucap Andra dengan sorot matanya yang penuh harap.

Bismillah ....

Menghela napas, Zahra pun mengangguk. “Yaudah, iya, ayo kita masuk kalo gitu.” Lalu ia membalikkan badannya untuk meneruskan niatnya yang kini sudah tak lagi ragu.

Kini keduanya itu memasuki toko buku yang kemarin Zahra katakan di chat.

Andra tersenyum mengikuti Zahra. Sesampainya di dalam, Zahra mengajak Andra menghampiri rak buku yang bertuliskan islami. Zahra mengambilkan beberapa buku untuk Andra, diantaranya adalah buku yang berjudul Mengenal Islam lebih dekat.

“Cuma ini aja?” Andra membolak-balik tiga buku itu. “Ini mah kecil. Jangankan seminggu, sehari juga kelar aku baca.”

Baru saja Andra dengan sombongnya mengatakan hal tersebut, tapi Zahra tiba-tiba menambahinya dua buku lagi. Sontak Andra menganga, bukan perihal lima buku dengan judul berbeda-beda itu yang dibawanya, akan tetapi lantaran dua buku yang baru saja Zahra beri sangatlah tebal. Bisa diperkirakan mencapai tiga ratus halaman.

“Banyak banget, Ra. Bisa-bisa langsung minus mata gue baca sebanyak ini,” protes Andra. Cukup tumpukan buku kuliahnya saja yang membuatnya serasa ingin terjun ke jurang ketika membacanya lantaran saking tebalnya tiap buku. Jangan sampai buku yang ia bawa ini juga ikut membuatnya pusing tujuh keliling.

Cahaya Untuk Alandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang