[9] Terus memikirkanmu

49 12 5
                                    

Happy Reading ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading ❤

***

Zefran berjalan mondar-mandir di depan ruang IGD. Di dalam, Andra tengah ditangani oleh dokter dan dioprasi.

Dua jam lalu ia dan Bundanya mendapat telpon dari Zahra. Adiknya itu dengan tersendu-sendu mengatakan jika dia usai di begal, dan ditolongi oleh Andra. Lalu Zahra mengatakan Andra sedang pingsan lantaran perutnya mengenai tusukan belati. Zefran dan Aisyah tentu saja kaget mendengar kabar itu. Untungnya Bapak-Bapak yang lewat tadi lebih dulu membawa Andra ke rumah sakit supaya mendapatkan penanganan cepat, tanpa menunggu kedatangannya.

Mengenai dua preman itu, Zefran juga sudah melaporkannya ke kantor polisi tadi. Dan tak berlangsung lama sepelah laporan itu, kedua preman tersebut dengan badan lemasnya digelendeng di kantor polisi. Kabarnya dari orang setempat dua preman itu memang sering nongkrong di kawasan daerah tersebut, tapi mereka tidak pernah tahu jika niat keduanya adalah membegal atau merampok, makanya tidak ada yang melaporkannya.

Zefran melirik Adiknya yang masih tampak syok atas kejadian malam ini.

“Bun, gimana ini? Gimana kalo Kak Andra kenapa-napa? Zahra takut, Bun. Zahra nggak mau Kak Andra kenapa-napa,” ujar Zahra kalut. Air matanya terus menetes dari tadi sembari menatap Andra yang sedang ditangani dokter dan beberapa suster melalui kaca transparan.

“Ini salahku! Harusnya tadi aku nggak biarin Kak Andra nolongin aku biar nggak kayak gini jadinya. Harusnya tadi aku bantuin dia ngelawan dua preman itu, bukannya malah diem aja kayak batu. Aku memang bodoh! Sangat bodoh,” lanjutnya menyalahkan diri sendiri.

Aisyah mengelus bahu Zahra. “Sssttt. Istigfar, Zahra. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Ini sudah takdir yang Allah gariskan untukmu hari ini. Lebih baik kamu berdo'a sama Allah aja, minta supaya Kak Andra nggak kenapa-napa,” ujar menenangkan.

Astagfirullah hal adzim.” Zahra mengusap mukanya kasar. Dua jam lebih dia menangis, membuat mukanya jadi sembab. Setelah itu dia menengadahkan tangan, ber'doa kepada Allah untuk keselamatan Andra.

“Ya, Allah ya Rabb, yang maha pengasih lagi maha penyayang, hamba mohon kepada-Mu Ya Allah. Lancarkanlah operasi Kak Andra Ya Allah. Lindungilah dia. Kasihanilah dia Ya Allah. Dia sudah berbaik hati menolong hamba hingga mengorbankan keselamatannya sendiri. Maka dari itu hamba meminta kepada-Mu selamatkan lah dia Ya Allah, sebagaimana Engkau telah menyelamatkan hamba melalui perantara Kak Andra. Aamiin.”

Cahaya Untuk Alandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang