“Manusia terkadang suka aneh. Mereka malah menyalahkan orang lain atas apa yang menjadi kesalahannya”
Happy Reading ❤
***
Terhitung sudah tiga bulan Zahra menjadi seorang mahasiswi di kampusnya, dan selama itu juga cewek itu sering mengeluhkan tugas tiap harinya. Bahkan kadang ia sampai marah-marah sendiri lantaran pusing mengerjakan tugas kuliahnya yang menggunung.
Seperti sekarang ini, Zahra dengan mata pandanya—lantaran semalam begadang mengerjakan tugas—sedang membaca buku yang ia sewa di perpustakaan kampus.
"Zahra, makan dulu aja, Nak. Baca bukunya entaran." Aisyah menegur putrinya yang tengah duduk di meja makan sambil membaca buku.
"Bentar, Bun. Ini aku nanggung kalo tutup sekarang," balas Zahra lalu menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.
"Nggak baik, Ra. Kamu lupa adab makan? Nabi Muhammad menganjurkan kita untuk makan dengan benar, supaya apa yang kita makan terasa nikmat buat jasmani dan rohani kita."
"Yaaah, Bunda." Bibir Zahra mengerucut mendengar penuturan Bundanya. Ada rasa tidak rela ketika harus menutup bukunya. Bukan karena terlalu asyik, tapi Zahra memang harus membaca buku itu lantaran penjelasan dari tugas yang dosennya berikan ada pada buku itu.
"Makan dulu aja lah, Ra. Baca buku bisa nanti. Lagian kamu kan ada kelas pagi, harus cepet-cepet berangkat. Mas juga kalo nungguin kamu sarapan sambil baca buku bisa-bisa telat kerjannya nanti." Zefran yang pagi ini juga sedang sarapan bersama keluarganya, juga membantu Bundanya untuk menegur Adiknya.
Zahra mendengkus. "Bunda sama Mas ini nggak asyik. Masa aku lagi baca buku dimarahi. Aku kan nggak mau dapet nilai C atau D sama dosenku nanti gara-gara analisaku jelek, nggak sesuai sama topik tugasku."
"Kita nggak marah, Ra. Mas sama Bunda cuma ngingetin kamu doang," ujar Zefran dan diangguki Aisyah.
"Auk, ah. Aku lagi pusing. Rasa-rasanya pengen jadi anak TK lagi aja. Pulang sekolah bisa main sepuasnya tanpa beban. Punya tugas, nanti ada Bunda yang bantu ngajarin. Nggak kayak sekarang, jatuh bangun sendiri sama tugas."
Sambil tersenyum, Aisyah mengusap-usap kepala anaknya yang di balut jilbab berwarna peach itu. Tidak disangka, anak yang dulu ia lahirkan dan ia rawat sendiri setelah ditinggal berpulang sang suami ke sisi sang Khaliq, kini telah tumbuh menjadi sosok gadis muslimah yang cantik.
"Terus pake hijab ya Ra, biar bisa mengurangi hisab Ayahmu nanti di akhirat." Entah keberapa kalinya Aisyah sudah berkata begini, namun ia hanya ingin mengingatkan anaknya akan wasiat sang suami yang memerintahkan Aisyah agar mendidik Zahra untuk menjadi muslimah yang menutup aurat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Untuk Alandra
Novela JuvenilKata orang, ketaatan suatu hamba akan terlihat ketika dia diuji antara harus memilih Sang Pencipta atau ciptaan-Nya. Aku tidak pernah mengelabuhkan cinta, karena aku tahu, cinta adalah luka. Lalu sebuah cahaya datang. Dia membawa sinar terang bender...