Di sepertiga malam aku kembali menemuimu lagi, Tuhanku. Menanyakan hal yang sama setiap kali aku menemuimu diantara temaram malam dan penghujung fajar, masih membawa rasa pilu yang hingga sekarang belum mampu ku ikhlaskan.
Jadi, bagaimana kabar ibuku Tuhan? Sedang apa beliau sekarang? Kau menjaganya dengan baik bukan? Kumohon, pastikan wanitaku baik baik saja.
Sudah sangat jauh aku berjalan tanpa malaikat itu, Tuhan. Haruskah ibuku? Diantara banyaknya manusia, haruskah ibuku?
Lalu apa rencanamu selanjutnya? Membiarkanku seorang diri berjalan diatas buana kejam yang rimpuh. Bagaimana lagi aku harus menjelaskan padamu tentang retisalya yang kurasakan? Merapalkan penyesalan yang tak pernah usai.
Saat arahku menghilang, genggam hangat tangannya tak lagi kutemukan, tak lagi kudapat kekuatan. Kini, hanya foto berdebu yang menjadi kenangan. Jua mengingatkan kalau rumah ini pun pernah menjadi rumah yang menenangkan.
Tapi,
Itu semua tak bisa lagi kurasa.
Semua tak lebih dari sepotong kenangan semata.
Karena beliau telah tenang berada disisi Tuhanku.
Teduh dan nyaman dalam pelukan semesta.Ia meninggalkan aku seorang diri di tengah kesunyian. Semoga kau tenang ya ibu, kini kau tak lagi merasakan sakit atas perlakuan yang tidak seharusnya kau dapatkan.
– tanpa nama × Uranophile
KAMU SEDANG MEMBACA
Borken Home?
RandomIni bukan lah cerita tetapi hanyalah sebuah kata atau pikiran yang tidak pernah terpikirkan oleh anak yang memiliki keluarga harmonis Bahagia? Hahah tidak ada kata bahagia di kehidupan ini! Bahagia yang di tunjukan hanya kepalsuan yang memang hanya...