11. 💚 Kenyamanan

15 13 0
                                    

"Sebuah rasa akan tumbuh karena biasa."

_____________________________________________

Hello berlari kecil agar bisa mencapai Cinta, wanita itu tak menghiraukan panggilannya sejak tadi. Setelah jarak di antara mereka kian terkikis, Hello menarik tangan Cinta sehingga ia berbalik dan berhadapan langsung dengan Hello.

Napas keduanya berlomba-lomba, tampak baru selesai lari maraton. Hello membuang napas kasar, kemudian mengeratkan pegangan tangan saat Cinta mencoba melepaskan diri.

"Maaf." Satu kata terucap dari bibir Hello. Wanita itu terdiam, ia membuang pandangan ke arah lain.

"Aku minta maaf. Sebagai permohonan maaf, aku akan menemanimu ke mana pun hari ini. Aku janji." Hello mengacungkan dua jari kiri membentuk huruf V, sedangkan tangan kanannya tetap memegang tangan Cinta.

Wanita itu meliriknya sekilas, kemudian kembali membuang pandangan. Ia menepis tangan Hello, kali itu pria itu pun melepaskannya. Wanita itu melipat kedua tangan di depan dada. "Beneran mau temenin aku ke mana aja? Seharian?" Ia mencondongkan kepala, semakin dekat pada Hello.

Pria itu bergeser sedikit dan menganggukkan kepala pasti.

Wanita itu tersenyum lebar, gantian ia yang menarik lengan Hello hingga mereka sampai di depan rumah Pak Ilham. Gerbang pun sudah terbuka, Pak Satpam tampak duduk di mejanya dengan segelas kopi. Ia menyapa saat Cinta dan Hello masuk pekarangan.

"Aku udah minta izin ke Om Ilham, jadi kita langsung berangkat ke rumah sakit aja." Cinta melepaskan tangannya dari lengan Hello, ia masuk ke rumah dan kembali dalam hitungan menit dengan ransel yang telah diisi pakaian Bi Inem dan tas kecil miliknya digantungkan di bahu kirinya.

"Nih, buka!" Cinta melemparkan kunci mobil pada Hello, yang langsung ditangkap.

Hello membuka pintu mobil, wanita itu langsung memasukkan tas ransel ke kursi belakang, sedangkan ia sendiri masuk ke kursi samping pengemudi, samping Hello. Wanita itu tampak menghela napas, seolah baru selesai kerja berat.

Tak lama kemudian, mobil pun dilajukan dengan kecepatan sedang. Jalanan cukup ramai, maklum masih pagi. Banyak pekerja atau anak sekolah yang baru berangkat. Mereka membutuhkan waktu lebih banyak untuk tiba di RSUD Tanah Abang. Cinta bersiul kecil sambil menunggu kelonggaran jalanan.

Hampir dua puluh menit mereka saling berdesak-desakan, hingga mereka bisa melaju kencang saat memasuki persimpangan. Hello menghela napas lega, begitu pun Cinta yang kini menyandarkan badan di punggung kursi.

"Hello."

Hello menoleh saat namanya dipanggil. Tatapan gadis itu masih ke depan, Hello kembali fokus menyetir.

"Hello," ulang wanita itu lagi.

Hello mendeham sebagai sahutan. Cinta berdecak kesal, ia menegakkan badan dan merogoh tasnya, mengeluarkan ponsel merah muda miliknya. Agak lama ia mengotak-atik benda itu, berhenti saat mobil mulai masuk ke parkiran rumah sakit.

Saat mobil berhenti, Cinta langsung turun dan mengambil ransel dari belakang. Ia berjalan cepat, meninggalkan Hello yang masih belum mematikan mesin.

"Hei?" Hello segera mematikan mesin, mencabut kunci dan keluar. Akan tetapi, wanita itu seperti sengaja tak mendengarkan malah mempercepat langkahnya. Hello berdecak kesal. Setelah mengunci mobil, ia pun berlari kecil.

Di kamar inap anak Bi Inem, Cinta tampak membujuk anak itu agar mau makan. Pasalnya ia selalu minta pulang, padahal belum waktunya. Hello tersenyum kecil dari balik pintu, memperhatikan Cinta yang tampak sangat menyayangi anak kecil.

Say Hello, Cinta! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang