10. 💚 Permintaan Maaf Hello

14 13 0
                                    

"Maaf adalah satu kata yang sangat horor dan hanya orang beranilah yang sanggup mengucapkannya."

***

Pria ini membuka pintu kontrakan setelah mengucapkan salam. Keadaan di sana sangat sepi, sempat ia berpikir teman-temannya sudah tidur. Akan tetapi, ia terpaku saat mereka sibuk sendiri dengan ponsel masing-masing.

Hello menghempaskan bokong di atas tempat tidurnya, ia menatap sekeliling dengan pandangan aneh. Tak ada yang berubah di tempat itu, tetapi rasanya sangat tak nyaman. Ada empat pria di kamar itu, masing-masing memiliki tempat tidur dan lemari sendiri. Hanya kompor yang digunakan secara bersama.

Hello beranjak ke dapur, meneguk air sebanyak tiga gelas. Ia kemudian kembali ke ruang tengah, tempat tidur mereka. Hello berdiri di tengah-tengah, di antara ke empat tempat tidur itu. Yang mana dua di sisi kanan dan dua di sisi kiri. Di sini kanan ada Amo dan Jefri, sedangkan di sisi kiri tempat Hello dan Asep.

"Maaf." Satu kata itu sontak membuat ketiga temannya menoleh, Hello membungkukkan badan.

Amo meletakkan ponselnya dan menghampiri Hello.

"Aku minta maaf pada semua, aku salah. Aku harusnya bisa lebih mengontrol diri. Aku-"

Tiba-tiba Asep menarik Hello, memeluknya erat. "Ndak apa-apa. Aku juga salah." Ia berucap sembari menepuk-nepuk bahu Hello.

Hello tersenyum, membalas pelukan itu. Tak lama kemudian, Amo dan Jefri pun turut saling memeluk. Mereka kembali membuat suasana ramai di rumah itu. Hello menatap wajah mereka satu persatu. Ia membayangkan jika tadi ia tak memberanikan diri mengucapkan satu kata itu, apakah suasana itu akan kembali? Hello tersenyum.

"Ngomong-ngomong tadi awak liat ko jalan sama Cinta." Jefri berbicara sambil mengotak-atik ponselnya.

Hello tersedak dan segera menutup mulut. Ketiga temannya memandang, menunggu jawaban. Ia menggaruk kepala yang tak gatal. "Nggak. Nggak jalan, cuma bantu dia nganter Mbok Inem ke rumah sakit, anaknya sakit." Hello bangkit, mengambil segelas air dari belakang.

"Kok aku gak percaya, ya." Asep mengetuk-ngetuk dagunya.

Hello yang baru kembali dari dapur, memutar bola mata malas. Ia duduk di samping Amo dan menatap mereka satu persatu. "Kalian gak percaya?"

Asep mendeham. "Bukan tak percaya sama Mas Hello, cuma ya heran aja sama Neng Cinta. Selama ini dia gak pernah minta bantuan sama kita, terus gak pernah juga kontakan sama kita. Padahal kita lebih dulu di sini daripada Mas Hello."

"Jangan-jangan Cinta suka sama ko," tebak Jefri yang dianggukkan oleh Amo.

"Ngawur!" Hello menampol wajah Jefri pelan, tetapi ia memikirkan kalimat itu juga. Tak lama kemudian, ia pun menggelengkan kepala. Mana mungkin Cinta suka padanya. Mereka bahkan baru saling kenal, padahal Hello sudah tiga tahun bekerja di sana.

"Bisa jadi, sih." Asep yang tadi diam, ikut mendukung argumen Jefri. Membuat Hello tak berkutik lagi. Asep berdiri, lalu mengambil ponselnya yang diletakkan di tempat tidur. "Mas Hello mau tau nama Facebook Neng Cinta tak?"

Hello sontak menggelengkan kepala. "Nggaklah." Ia bangkit dan menghempaskan diri di tempat tidur.

***
Aroma sambal terasi begitu menyengat, Hello yang tadi masih terlelap sontak membuka mata. Ia turun dari tempat tidur dan langsung menuju dapur. Di sana tampak dua pria tengah memasak, Hello bisa menebak jika ada sambal terasi yang tengah mereka kelola.

Say Hello, Cinta! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang