20. 💚 Be Mine

27 10 0
                                    

"Cinta yang memang ditakdirkan terikat, pasti akan lekat meski tak pakai pelekat."
____________________________________________________

Enam bulan berlalu, isu tentang Sayna pun menghilang bagai ditelan bumi. Kehidupan kembali seperti dulu. Proyek demi proyek Pak Ilham kian gencar di mana-mana. Amo dan Jefri kini mendapatkan kenaikan jabatan dari buruh jadi mandor. Banyak hal yang berubah, kecuali perasaan mereka.


Cinta yang dari dulu bersikeras menolak pergi ke London, kini memilih setuju pergi minggu depan sesuai agenda yang telah direncanakan. Setelah kepergian Hello, wanita itu lebih suka menyibukkan diri dengan hal-hal baru. Misalnya, ia akan pergi ke proyek Pak Ilham walau sekadar berkeliling saja.

"Neng Cinta, nanti kalau udah di London jangan lupakan Amo, ya. Pasti rindu deh." Amo berbicara dengan nada sedih.

Jefri yang berdiri di sebelahnya pun menyikut. "Banyak gaya."

Amo tak terima. "Gaya apa coba? Polos gini dikata banyak gaya." Ia menatap Jefri dengan sinis.

Cinta terkekeh kecil. "Kalian selalu aja gitu, bikin Cinta keingat sama Hello terus. Dia apa kabar, ya?"

Amo dan Jefri saling berpandangan.

"Aku baik-baik aja."

Semua orang yang ada di tempat itu tersentak dan langsung menoleh, kecuali Cinta. Ia menahan diri, menahan agar jantung tak jatuh saat ia berbalik. Ia ingat betul suara itu milik siapa.

"Hello!?" Amo dan Jefri memekik dan berlari ke arah pemilik suara. Mereka berbicara banyak hal, yang gak bisa dicerna oleh wanita yang terpaku di tempatnya kini.

Suara langkah mendekat, Cinta mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri. Namun, sebelum itu terjadi sebuah pertanyaan masih sempat didengarkan.

"Apa kabar?"

Cinta berlari sekuat tenaga, tak menghiraukan kakinya menendang ember-ember berisi semen yang telah diaduk rata. Ia kembali ke rumah, masuk kamar dan menjatuhkan diri di atas tempat tidur.

"Apa-apaan ini? Kenapa dia kembali sekarang?" Cinta menutup wajahnya dengan selimut dan menggulingkan badannya.

Beberapa jam berlalu, Cinta masih mengunci diri dalam kamar. Kini ia duduk di atas tempat tidur dengan pandangan ke arah koper yang telah berisi penuh pakaiannya.

"Cinta?"

Cinta tersentak saat mendengar ketukan dan panggilan secara bersamaan. Dengan pelan, wanita itu turun dari ranjang dan membukakan pintu. "Iya, Tan?"

Istri Pak Ilham berdiri dengan senyum lebar. "Ada yang nyari tuh."

"Siapa?" Cinta tak berminat.

"Liat aja dulu. Pasti senang." Istri Pak Ilham melenggang pergi.

Jantung Cinta berdegup kencang, dia kah? Hatinya bertanya-tanya. Dengan langkah ragu, ia pun memilih melangkah ke ruangan tamu.

***

Di ruang tamu, seorang pria dengan kaos oblong berwarna putih duduk tak tenang. Jantungnya tak bisa berdegup normal, napasnya bahkan memburu seolah-olah ia baru saja lomba lari maraton.

Say Hello, Cinta! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang