13.💚 Hello, Cinta

15 13 0
                                    

"Ketika hatimu siap untuk mengungkapkan rasa, hatimu juga harus siap menerima jawaban dari ungkapan itu. Bahagia atau sedih, hanya dirimu yang mengendalikannya.
______________________________________

Hari demi hari terus berjalan, Hello dan Cinta kian dekat. Mereka sering jalan bersama, makan berdua atau pun saling bercanda. Mereka juga kian saling memahami satu sama lainnya, keduanya sama-sama sudah tak punya orang tua. Sering cerita dan berbagi antar sesama.

Hello yang selama ini menutup diri, kini telah jadi ceria. Tak sering melamunkan masa lalu lagi, ada Cinta yang setia memberikan tawa padanya.

"Hel, nanti sore kamu ada acara nggak?" tanya Cinta saat menggantikan Pak Ilham mengawasi para buruh.

"Acara apa? Kayak gak tahu aja kegiatan sehari-hariku apa." Hello berucap sembari terus mengaduk semen.

Cinta menganggukkan kepala. "Nanti malam mau gak makan bareng?"

Hello menghentikan aktivitas, menoleh dan menatap Cinta agak lama. "Boleh."

Asep yang tak sengaja mendengar perbincangan mereka pun langsung berlari pada teman-teman lainnya yang tengah istirahat di gubuk tak jauh dari Hello. Mereka bersorak saat mendapat info, alhasil Hello menatap mereka dengan mata besar. Mereka pura-pura tak melihat, membuat Hello semakin geram.

Cinta terkikik geli, ia menyaksikan bagaimana Hello menatap teman-temannya. "Santai aja, gak bakal ada yang ganggu kok." Ia pun berlalu.

Hello menyipitkan mata. "Apanya?" Bingung dengan perkataan Cinta.

Hello menatap bangunan yang hampir jadi itu, tersenyum kecil. Ia sudah sering jalan berdua atau makan bersama Cinta, tetapi rasanya kali ini berbeda. Hello pun tak tahu apa yang akan terjadi nanti, nikmati sajalah. Lagian ia pun baru gajian, tak masalah jika wanita itu minta makan enak nantinya. Tak perlu menahan selera.

***
Malam itu Hello mengenakan jeans hitam dan kaos biru, tak lupa pula ia menyampaikan jaket denim senada dengan warna bajunya. Hello menyisir rambutnya ke arah kiri, tampak sangat tampan. Teman-temannya yang melihat penampilan itu berdecak kagum dan juga meledek Hello akan nge-date dengan Cinta. Hello tak menggubris seperti biasanya, ia hanya tersenyum kecil.

"Pulangnya bawa kabar baik, ya, Hel!" seru Jefri dengan alis yang dinaik-turunkan.

"Pulangnya bawa makanan ya, Hel." Amo ikut berujar dengan wajah memelas.

Asep hanya diam saja, menatap temannya itu lekat. Hello yang menyadari itu pun bertanya, "Kenapa?"

Asep membuang pandangan ke arah lain. Ia berjalan ke  pintu depan. "Jangan pernah sakiti Neng Cinta!"

Hello terdiam sesaat, kemudian mengangguk setuju. "Gak akan." Hello pun pamit dan berjalan ke rumah Pak Ilham.

Di depan rumah mewah itu, Cinta sudah berdiri, menunggu. Penampilannya membuat Hello pangling, biasanya wanita itu mengenakan jeans dan kaos oblong. Kali ini tampak berbeda, ia mengenakan dress merah muda dengan high heels senada.

"Cantik," puji Hello saat mobil mulai jalan.

"Apa-apa? Gak dengar?" Cinta mendekatkan telinganya pada Hello. Pria itu berdesis dan mendorong Cinta menjauh.

"Ye, dasar kang tensi." Wanita itu kembali ke posisi semula.

"Kamu cantik, tapi lebih cantik kalau kalem. Duduk diam sampai, ok?" Hello tersenyum lebar, fokus ke arah jalanan.

Lima belas menit kemudian, mereka pun tiba di sebuah restoran yang diinginkan Cinta. Mereka turun bersama, Cinta menggandeng tangan Hello erat. Entah sadar atau tidak, Hello pun membalas gandengan itu.

Say Hello, Cinta! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang